Minggu, 30 Agustus 2009

"Sop Buah" khas Cirebon, Pelipur di kala Dahaga

Apa yang dibutuhkan ketika kita sedang dalam kehausan?
Ketika dahaga mencekik tenggorokan (sepakat) kita mengidamkan segelas minuman dingin atau buah-buahan segar, brrrrr ......
Minuman dingan dan/atau buah-buahan segar itu tersaji pada semangkuk “Sop Buah”.

SOP BUAH tidak lain adalah kombinasi irisan atau serutan aneka buah yang disiram dengan air gula, ditambah es batu yang dihancurkan, lalu dilumuri susu kental manis, jadilah minuman segar yang menyehatkan. Bahan utamanaya adalah es kelapa muda untuk sopnya, sedangkan campuran buahannya cukup beraneka, mulai dari apel, alpukat, pear, anggur, strawberi, klengkeng, nangka, nanas, pepaya, sirsak, melon, blewah, dan tak ketinggalan timun suri. Karena penambahan es, air gula, dan susu kental, maka buah-buahan tersebut seperti mempunyai kuah sop, sehingga dinamakan “sop buah”. Pada umumnya, minuman-makanaan yang disajikan dengan konsep tumplek-blek jadi satu bak gado-gado ini diklaim dengan label “Sop Buah Khas Cirebon”.

Sop Buah Khas Cirebon (SBKC) dijajakan dengan menggunakan gerobak dorong. Di hari-hari biasa, puncak kerumunan peminat sop buah ini terjadi pada siang hari, ketika terik menyengat bumi. Sedangkan pada bulan puasa seperti sekarang ini, pembeli mulai ramai mengantri di sore hari saat ngabuburit.

Sepanjang jalan Pantura, gerobak sop buah banyak dijumpai di pinggiran pusat keramaian seperti pasar atau supermarket, sekolahan, pangkalan tempat becak atau ojek menanti penumpang, dan tidak sedikit yang mangkal di bawah pohon rindang. Harga seporsinya bervariasi mulai dari Rp. 4.000,- s.d. 8.000,- tergantung kelengkapan buah yang disajikan.

Tidak ada salahnya jika di bulan puasa kali ini anda mencoba varian baru menu berbuka puasa dengan icip-icip "Sop Buah Khas Cirebon", dijamin dahaga anda pasti sirna, mak nyesss..... (ASF)

Jumat, 28 Agustus 2009

Tingkatan Puasa

Di bulan suci ini, kaum Muslimin melaksanakan ibadah Puasa Ramadhan dengan menahan lapar serta haus dari berbagai macam makanan dan minuman yang ada di sekelilingnya. Seorang yang berpuasa juga wajib menahan diri dari hawa nafsu yang bisa membatalkan puasa.

Itulah jihad jasmani bagi orang beriman, di samping ada pula jihad rohani, yakni meninggalkan semua bentuk maksiat inderawi (maksiat mata, mulut, tangan, kaki, bahkan hati). Jika tidak, hanya kelaparan dan kehausan yang diperoleh selama berpuasa, tanpa mendapatkan pahala yang sangat agung. Rasulullah SAW bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ ِصيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطْشُ .

Berapa banyak dari orang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”.


Menurut Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, tingkatan puasa diklasifikasi menjagi tiga tingkatan : 1) Puasa awam (umum); 2) Puasa khawwas (khusus); dan 3) Puasa khawwasul-khowas (khususnya khusus).


1. Puasa Awam

Adalah puasanya orang umum, puasa yang dilakukan hanya dengan tujuan untuk menahan lapar dan haus serta menahan nafsu syahwati. Puasa ini dilakukan sekedar mengerti bahwa dirinya saat itu sedang diwajibkan berpuasa namun tidak pernah mengerti, untuk apa puasa itu diwajibkan.

Inilah puasanya orang kebanyakan (pada umumnya), hanya menjalankan kewajiban puasa itu secara syariat saja, hanya sekedar memenuhi kewajiban tanpa tahu hikmah dan rahasia di balik kewajiban tersebut. Namun, meski demikian, asalkan ibadah puasanya dilaksanakan dengan dasar hati yang ikhlas tanpa dicampuri sifat-sifat yang membatalkan pahala puasa, maka tetap akan mendapatkan pahala dari Allah swt. Hanya saja barangkali sulit bisa menggapai “rahasia amal” sebagai buah ibadah yang tersembunyi di balik kewajiban puasa. Rahasia amal itu, menurut istilah para Ulama’ Sufi disebut “khususiyah”, yang dengannya jiwa seorang hamba akan menjadi lebih matang, dewasa dan kharismatik.


2. Puasa Khawwas

Adalah puasanya orang khusus (orang-orang shaleh), yakni puasa dengan menahan seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat dan dosa. Mereka tidak hanya menahan lapar dan haus serta nafsu syahwati saja, namun juga mata, telinga dan pikiran.

Imam Al Ghazali menjelaskan, Puasa pada tingkat ini hasilnya tidak bisa sempurna kecuali dengan membiasakan enam perkara :

Pertama, menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan serta dari tiap-tiap yang membimbangkan dan melalaikan dari mengingat Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah, niscaya Allah menganugerahkan padanya keimanan yang mendatangkan kemanisan dalam hatinya".

Kedua, menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri, menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Alquran. Sebagaimana yang telah ditegaskan Baginda Nabi SAW dari sahabat Anas RA :

خَمْسَةُ أَشْيَاءَ تُحِيْطُ الصَّوْمَ. أَىْ تُبْطِلُ ثَوَابَهُ. اَلْكَذِبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ اَلْغَمُوْسُ وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ .

Lima perkara yang dapat membatalkan (pahala) puasa: berkata bohong, membicarakan kejelekan orang lain, mengadu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat”.

Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik, karena tiap-tiap yang haram diucapkan maka haram pula mendengarnya. Rasulullah SAW menjelaskan: "Yang mengumpat dan yang mendengar, berserikat dalam dosa".

Keempat, Menahan seluruh anggota badan dari perbuatan yang makruh dan membatasi perut di saat berbuka dari rezeki yang syubhat. Hal itu harus dilakukan, karena yang dimaksud dengan puasa adalah menahan syahwat dari makanan halal, maka apalah artinya apabila puasa itu dibuka dengan rizki yang haram. Maka orang yang berbuka dengan rizki yang haram sama halnya dengan membangun istana tetapi dengan menghancurkan kota.

Kelima, Berbuka dengan tidak terlalu kenyang meski dengan rizki yang halal, hal itu dilakukan supaya perut tidak terlalu penuh dengan makanan. Sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW :

مَا مِنْ وِعَاءٍ أَبْغَضَ إِلَى اللهِ مِنْ بَطْنٍ مُلِئَ مِنَ الْحَلاَلِ

Tidak ada lagi tempat yang paling tidak disukai oleh Allah selain perut yang selalu kenyang dengan halal”.

Keenam, hatinya senantiasa diliputi perasaan cemas (khauf) dan harap (raja'), karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Rasa cemas diperlukan untuk meningkatkan kualitas puasa yang telah dilakukan, sedangkan penuh harap berperanan dalam menumbuhkan optimisme.

Puasa pada tingkat kedua ini banyak dilakukan oleh para ahlu thoriqah, yaitu orang-orang yang telah mengerti tujuan amal ibadah yang sedang dikerjakan. Artinya dengan kewajiban puasa yang sedang dilakukan itu, di samping mereka mengharapkan pahala yang sudah dijanjikan, juga mengharapkan derajat tinggi di sisi Allah, yakni bagaimana mereka dapat mencintai dan dicintai-Nya. Mencintai (‘Asyiq) dalam arti mampu merasakan kenikmatan ibadah dan munajat, hal itu bisa terjadi, karena saat itu mereka merasa sedang dekat dengan yang dicintai. Sedangkan dicintai (Masyuq) artinya ridla kepada segala Ketetapan danTakdir-Nya, itu disebabkan karena yang sedang berkehendak dengan segala ketetapan dan takdir itu adalah Dzat yang mencintainya.

Untuk tujuan yang sangat mulia tersebut, para khawwas itu menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan dengan persiapan prima. Mereka memanfaatkan segala kesempatan hidup untuk dapat meningkatkan mujahadah dan riyadlah di jalan Allah, bahkan terkadang untuk sementara waktu harus meninggalkan segala urusan duniawi. Mereka melaksanakan khalwat (menyepi) di tempat yang sepi dan terpencil, terutama disaat sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba. Yang demikian itu mereka lakukan semata-mata karena mereka berharap mendapatkan hasil yang sempurna, karena tanpa usaha yang sempurna apa saja yang dikerjakan manusia hasilnya tidak akan menjadi sempurna.


3. Puasa Khawwas al-khawwas

Ini adalah bagi orang khususnya khusus. Puasanya adalah puasa hati, yaitu bagaimana dengan puasa itu mereka dapat mengendalikan dan menahan perasaan serta kecenderungan hati dari cita-cita duniawi, dan dari selain Allah. Orang yang berpuasa pada tingkatan ini, apabila di dalam puasanya masih sempat berpikir urusan selain Allah, meski ingin masuk surga misalnya, yang demikian itu sudah cukup menjadikan sebab batalnya makna puasa tersebut. Inilah tingkat puasanya para Auliya dan para Anbiya. Puasa pada tingkat ini hakekatnya semata-mata hanya untuk menghadapkan wajah (wijhah) kepada Allah dan memalingkan diri dari selain-Nya.

(ASF/dari banyak sumber)

Rabu, 26 Agustus 2009

Ramadhanan ala Gedongan

BULAN RAMADHAN bagi siapa pun memiliki arti tersendiri, tidak terkecuali bagi warga Magarsari Gedongan sebagai "kampung santri" yang kesehariannya tidak lepas dari mengaji. Ramadhan adalah bulan teristimewa yang membawa banyak berkah. Hal ini bisa dilihat dari geliat kehidupan warga yang betul-betul berbeda bila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Dimulai dari sore hari selepas Ashar, hingga menanti bedug Maghrib dan adzan berkumandang; diteruskan Isya' sampai tengah malam hingga fajar Subuh dan siang pun datang, kemudian kembali ke sore hari lagi; rotasi aktivitas warga Gedongan berputar tiada henti di bulan puasa ini.

Tidak heran bila kehadiran "bulan penuh rahmah" ini sangat dielu-elukan warga jauh-jauh hari sebelumnya, dari Srakalan Rajaban; Fenomena Banyu Zam-zam, Unggah-unggahan serta Imtihan, yang berlangsung mulai pertengahan bulan Rajab hingga akhir bulan Sya'ban. Semua itu tidak lain demi meraih Berkah Illahi dan Keridhaan-Nya., mengingat Rajab adalah bulannya Allah swt., Sya'ban adalah bulannya Rasulullah saw., dan Ramadhan adalah bulannya ummat Rasulullah saw. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwasanya Rasulullah saw. pernah bersabda :

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَ شَعْبَان شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرأَمَّتِيْ

"Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya'ban Adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku"

Dan do'a yang senantiasa dipanjatkan melalui kidung shalawatan adalah :

اللّهمّ بارك لنا فى راجب وشعبان وبلّغنا رمضان

Duh Gusti ......
Berkahilah (diri) kami di bulan Rajab juga bulan Sya'ban
dan sampaikan (umur) kami --supaya bisa
beribadah-- di bulan Ramadhan


Serbaneka Ramadhan di Gedongan

Sore hari di penghujung bulan Sya'ban, setelah tahu pasti bahwa nanti malam adalah awal malam bulan Ramadhan; masing-masing warga beraktivitas menyambut "tamu mulia" ini dengan kesibukannya sendiri-sendiri. Kesibukan secara umum adalah persiapan untuk ibadah shalat tarawih selepas Shalat Isya', juga kesibukan mempersiapkan hidangan santap sahur pertama bulan puasa.

Kegiatan jamaah shalat tarawih sentralnya di Masjid Baitus-Su'ada Gedongan, namun tarawih di masjid ini hanya dikhususkan kaum lelaki. Bagi yang wanita, tempat tarawihnya terpisah di luar masjid, yakni menempati sebuah bangunan berbentuk pendopo tempat santri Madrasatul Hufadz biasa nderes dan mengajukan setoran hapalan/tahfidz Al-Qur'an, bangunan kuna ini oleh masyarakat disebut "Langgar". Sepanjang sejarah Gedongan, masjid tidak pernah digunakan aktivitas oleh kaum perempuan meskipun untuk keperluan ibadah, seperti shalat ataupun pengajian.

Yang istimewa dari pelaksanaan shalat tarawih di masjid Gedongan adalah; dalam setiap malamnya, Imam merampungkan sedikitnya 1 juz bacaan Al-Qur'an. Ini adalah tradisi yang sudah berlangsung semenjak akhir tahun 1970-an yang dirintis oleh KH. Abu Bakar Sofyan --Al-Hafidz Gedongan asal Pekalongan yang memperistri Nyai Zaenab binti Siraj--. Jadi, dalam sebulan dapat dipastikan akan khatam seluruh isi kandungan Al-Qur'an. Bahkan tidak sampai hari ke-30, pada malam ke-25, 26 biasanya tarawih di masjid Gedongan telah menamatkan Al-Qur'an.

Di masjid Gedongan sendiri, shalat tarawih dilaksanakan dalam 20 rakaat (2 rakaat salam, setiap 2 salam ada pembacaan do'a) ditambah 3 rakaat shalat witir (2 kali salam). Setelah shalat Isya' usai, shalat tarawih baru dimulai pada pukul 19.30 WIB dan berakhir hingga pukul 21.00 WIB. Pada malam-malam likuran (setelah khatam, mulai tanggal 27 sampai akhir Ramadhan), qiyamul-lail ini berlangsung lebih lama lagi, karena shalat witir yang biasanya 3 rakaat menjadi 11 rakaat --ditutup do'a qunut di rakaat terakhir--. Tentu saja, kesudahan "shalat malam" ini lebih larut dibandingankan hari-hari sebelumnya.

Oleh karenanya, hanya orang-orang tertentu saja yang mengikuti jamaah tarawih di masjid Gedongan. Bagi yang tidak mampu (santri karena harus mengikuti kegiatan ngaji pasaran setelah tarawih, atau warga yang lanjut usia) tidak ada larangan untuk berjamaah di luar masjid. Terdapat banyak majelis shalat taraweh yang diselenggarakan di "kampung santri" ini, baik di langgar-langgar maupun di beberapa rumah warga. Kendati demikian, tarawih di masjid Gedongan tetap menjadi favorit jamaah.

Menutup rangkaian shalat malam bulan puasa biasanya dilakukan "tahlil", kemudian dilanjutkan do'a pamungkas. Setelah itu --dikomando imam dengan didahului membaca basmalah-- seluruh jamaah bersama-sama melafalkan "niat puasa" disertai artinya dalam basa Cerbonan :

نويت صوم غد عن اداء فرض شهر رمضان هذه السّنة فرضا لله تعالي

Niat isun puasa ing dina besuk iki
saking nganakni fardune wulan ramadhan
ikilah taun karna miturut prentahe Allah ta'ala


Adapun yang dikatakan kesibukan khusus Ramadhanan ala Gedongan antara lain :

1) Pasar Ceplik
Pasar ceplik adalah pusat berhimpunnya pembeli dan penjual jajanan pasca berbuka puasa. Aneka penganan yang ditawarkan di pasar ini berupa cowel kangkung sambel kucur, krupuk wedi sambel terasi, empe-empe dan asinan sambal cuka, kojek sambal kacang, rumbah sambal kelapa, dan berbagai macam jajanan berselera pedas-asam lainnya. Aneka Jajanan Pasar dadakan dijajakan secara sederhana dengan menggelar tikar atau bale bambu di pelataran depan Langgar tempat diadakannya tarawih bagi kaum perempuan. Walau hanya berpenerang damar ceplik, namun kemeriahan ala pasar malam sangat kentara oleh riuh gaduh pembeli yang sengaja mampir dan icip-icip jajan sebelum memulai shalat jamaahnya.

Pasar Ceplik akan bubar secara sendirinya perlahan namun pasti, manakala adzan isya' dari corong speaker masjid Gedongan berkumandang. Dagangan yang masih tersisa ketika itu biasanya masih akan dijajakan kembali di emper rumahnya si penjual, mengharap masih ada pembeli yang mampir sepulang tarawih dari langgar atau masjid.


2) Darusan dan Ngaji Pasaran
Termasuk kesibukan khusus adalah "darusan" (tadarrus Al-Qur'an). Darusan adalah kegiatan membaca (tilawah) dan mendengarkan (sima') Al-Qur'an yang dilakukan seusai tarawih oleh sekelompok orang dewasa atau anak-anak di masjid maupun di langgar-langgar dengan mengharapkan pahala dari Allah swt. Darusan diadakan paling sedikit oleh dua orang atau lebih, biasanya dilakukan secara bergiliran antara yang membaca dan mendengarkan Al-Qur'an. Darusan yang dilaksanakan secara perorangan disebut 'nderes' yang dilakukan menyendiri di rumah atau di dalam bilik asrama.

Berbarengan dengan darusan, ada kegiatan “Ngaji Pasaran”. Ngaji pasaran atau dalam istilah Jawa Timuran dan sebagian Jawa Tengah disebut Ngaji “Pasanan” (berasal dari kata “pasa” yang artinya puasa) adalah tren bagi kalangan pesantren yakni "ngaji khusus bulan puasa", dimana setelah puasanya selesai maka program ngaji ini pun ikut selesai.

Setiap kyai di Gedongan mengadakan sendiri program Ngaji Pasaran bagi santrinya, guna mengisi kekosongan waktu dan menambah amal ibadah di bulan ramadhan. Kitab-kitab yang dikaji --seputar tafsir, hadits, fiqh, tauhud, juga tasawuf-- biasanya sudah khatam kurang dari sebulan. Metode pembelajarannya seperti ngaji bandungan, dimana Romo Kyai atau ustadz yang mendapat mandat kyai membaca topik kajian kata per kata (kalimah), kemudian menjelaskannya (syarh). Para santri menyimak secara seksama makna dan syarh dari kalimah yang sedang diulas hingga memahami. Tidak ada tanya jawab dalam proses pengajian ini, tapi bukan berarti dilarang. Sebab Ngaji Pasaran biasanya penjelasannya singkat, cepat dan padat. Oleh karenanya ngaji jenis ini dikenal juga dengan istilah “Ngaji Kilatan”. Selain ba’da tarawih, ngaji pasaran juga dilangsungkan ba'ada shubuh, ba’da dzuhur, ba'da ashar, dan qubailal-maghrib (ngabuburit).

3) Obrog-obrog
Kesibukan khusus lainnya adalah "obrog-obrog" atau dogdog. Obrog-obrog merupakan tabuhan (musik) khas pesisiran yang dimainkan oleh sedikitnya lima personil, yang biasa ditampilkan dalam kesenian Tarling Cerbonan, atau Seni Burok.

Di Gedongan, obrog-obrog yang dikelola oleh "bocah enom" dapat menjadi media untuk menggugah warga supaya bangun agar dapat melaksanakan ibadah sahur. Oleh karenanya, obrog-obrog Gedongan --yang eksis hanya di bulan puasa-- ditampilkan pada tengah malam di kala warga sedang tertidur pulas.

Seperangkat obrog-obrog umumnya terdiri dari empat buah genjring (rebana) dan sebuah dogdog (bedug atau kendang sesigar). Genjring ditabuh dengan cara ditepak berulang-ulang dalam tempo beraturan oleh empat orang penabuh, sementara dogdog --sebagai pengatur tempo-- cukup dioperasikan oleh satu orang dengan cara digebuk dan dipukul-pukul menggunakan alat tabuh khusus. Alunan suara yang keluar dari perpaduan tabuhan genjring dan dogdog ini mengeluarkan irama yang meriah, bertalu-talu, kadang tinggi kadang rendah, mengikuti dendang irama yang dilagukan secara bersama-sama tanpa pengeras suara.

Awalnya, lagu-lagu yang didendangkan adalah syair-syair berirama qasidahan dan shalawatan yang bersumber dari Kitab Al-Barzanji. "Eroman Watikas Saroh" pernah menjadi lagu wajib atau lagu pembuka yang didendangkan setiap kali obrog-obrog tampil. Syair yang dikutip dari "Maulid Syarifil Anam" yang nada aslinya berbunyi demikian :

خير من وطئ الثّرى
المشفعف الورى .....


Namun seiring dengan berjalannya waktu, syair-syair qasidahan kian zaman kian dilupakan orang. Apalagi sepeninggalnya Mang Janur (Pak Nurjali, Allahu Yarham) --orang yang paling berjasa akan adanya obrog-obrog di Gedongan-- keberadaan syair qasidahan tergusur oleh pesatnya lagu-lagu tarlingan dan dangdutan. Warung Pojok, Pemuda Idaman, Lanang Sejati, Lanange Jagat, Bantal Guling, dan sederet lagu-lagu dangdutan, pasti lebih dikenal dan dihapal wong enom ketimbang lagu "Eroman Watikas Saroh" tadi.

Obrog-obrog Gedongan --yang menjalankan aksinya mulai pukul 01.00 hingga 03.00 pagi mengitari kampung dengan menyusuri lurung pemukiman warga-- sekarang ini sudah mengalami banyak perkembangan. Perangkat tabuhan yang digunakan bukan saja genjring dan dogdog, tapi sudah ada penambahan alat modern, seperti cimbals, pianika dan bellyra, sebagai ganti "kitar lan suling", alat musik yang hingga saat ini masih tidak diperkenankan masuk lingkungan Gedongan. Dengan penambahan alat ini, tentunya lirik dan nada yang dihasilkan lebih kaya irama, hingga lagu-lagu beriramakan 'pop' pun kerap didendangan. Apalagi didukung dengan sound system bertenaga genset yang dimuat dengan gerobak dorong, alunan sang biduan mendayu lebih anggun dan menawan.

Para obrogger (sebutan bagi pemain dan pengiring obrog-obrog, pen.) bekerja secara suka rela, artinya mereka tidak digaji atau diberi honor oleh siapa pun dalam melakukan aksinya. Untuk menutup biaya operasional, biasanya pada pertengahan dan akhir bulan puasa, mereka berkeliling sore hari, blusak-blusuk lurung, menghampiri setiap pintu rumah warga mengharap shadaqoh seikhlasnya (beras atau lembaran rupiah) sebagai balas jasa atas pamrih mereka membangunkan sahur.

4) Ngabuburit dan Ta'jil
Ngabuburit dan Ta'jil juga dapat dikatakan sebagai kegiatan khusus ramadhanan ala Gedongan. Ngabuburit adalah masa antara jam 16.00 hingga 18.00 WIB (jam 4 s.d 6 sore), masa menanti datangnya waktu maghrib. Ngabuburit bisa dibilang pelarian orang berpuasa dari rasa bosan menunggu waktu berbuka puasa. Sedangkan ta'jil adalah aneka hidangan untuk membatalkan puasa yang disediakan warga dengan niat shadaqah.

Ngabuburit pada umumnya dilakukan di luar rumah, sambil berkendara atau berjalan kaki bersama sekelompok teman sebaya menyusuri sudut-sudut dusun. Oleh sebagian warga Gedongan --khususnya kaum bapak-- moment ngabuburit dimanfaatkan dengan menyimak "Kajian Tafsir Al-Qur'an" yang disampaikan oleh KH. Abu Bakar Sofyan di serambi Masjid Baitus-Suada. Pada kajian ini, Romo Kyai membacakan ayat-ayat surat Al-Qur'an, kemudian beliau mengupasnya per-kalimah dan menafsirkannya dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Acara Ngaji Kuping ini dimulai antara pukul 16.00 WIB dan berakhir hingga tiba waktu berbuka.

Masa-masa menyenangkan saat ngabuburit adalah masa dimana dilantunkannya tasyhid istighfar seusai kultum yang disiarkan Radio RRI Cirebon :

أشهد أن لآ اله الاّ الله، أستغفر الله، نسألك الجنّة ونعوذبك من النّار ......
اللّهمّ إنّك عفوّ كريم، تحبّ العفوى فاعف عنّا، ياكريم


Karena, setelah pembacaan tasyhid tersebut selesai, biasanya dilanjutkan pembacaan do'a berbuka puasa, yang menandakan masuknya waktu maghrib. Namun oleh sebagian warga Gedongan, isyarat ini saja belum cukup untuk membatalkan puasanya sebelum yakin bahwa kentong masjid Gedongan benar-benar sudah ditabuh dan adzan dikumandangkan. Inilah salah satu bentuk kefanatikan yang hingga kini tetap kokoh tertanam dalam kalbu komunitas Magarsari Gedongan.

*****

"Serbaneka Ramadhan ala Gedongan", memang bukan hanya sekedar yang digambarkan di posting ini. Tentunya masih beraneka dan lebih beragam lagi di luar apa yang dapat terekam memori dan tertuangkan. Oleh karenanaya, serbaneka ini bukan representasi secara total Ramadhan ala Gedongan, namun hanya sebahagian, Nyuwun pangapuntenipun ingkang kathah.... (ASF)

Minggu, 23 Agustus 2009

Keutamaan Malam dan Hari-hari Ramadhan

Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sekiranya kalian mengetahui apa yang akan kamu dapatkan di bulan Ramadhan, niscaya kamu akan menambah rasa syukur kalian kepada Allah swt".

Pada malam pertama Ramadhan : Allah swt mengampuni semua dosa yang tersembunyi dan yang terang-terangan, meninggikan beribu-ribu derajat, membangunkan untuk kalian lima puluh ribu kota di surga.

Pada hari kedua : Allah swt mencatat setiap ibadah kalian seperti ibadah satu tahun dan pahalanya seperti pahala seorang nabi, mencatat puasa kalian seperti puasa satu tahun.

Pada hari ketiga : Allah swt memberi kalian setiap rambut di tubuh kalian taman permata yang indah di surga Firdaus, di atasnya dua belas ribu rumah dari cahaya, di bawahnya dua belas ribu tempat tidur dan di setiap tempat tidur ada bidadari, setiap hari seribu malaikat berkunjung dan setiap malaikat membawa hadiah untuk kalian.

Pada hari keempat : Allah memberi kalian di surga Khuld tujuh puluh ribu istana dan di setiap istana terdapat tujuh puluh ribu rumah, di setiap rumah terdapat lima puluh ribu tempat tidur dan di setiap tempat tidur terdapat bidadari, dan setiap bidadari memiliki seribu perhiasan yang lebih baik dari dunia dan segala isinya.

Pada hari kelima : Allah swt memberi kalian di surga Al-Ma’wa beribu-ribu kota, setiap kota terdapat seribu rumah, di setiap rumah terdapat seribu meja makan, di atas setiap meja makan tujuh puluh ribu tempat makanan, di setiap tempat makanan tujuh puluh macam makanan yang tidak sama satu dengan yang lain.

Pada hari keenam : Allah swt memberi kalian di surga Darussalam seratus ribu kota, di setiap kota seratus perkampungan, di setiap perkampungan seratus ribu rumah, di setiap rumah seratus ribu tempat tidur dari emas yang panjang, setiap tempat tidur panjangnya seribu hasta, di atas tempat tidur terdapat bidadari sebagai pasangan yang berhias dengan tiga puluh ribu perhiasan dari permata putih dan permata merah, dan setiap bidadari membawa seratus pelayan.

Hari ketujuh : Allah swt memberi kalian di surga Na’im pahala seperti pahala seribu syuhada’ dan empat puluh ribu orang yang benar.

Hari kedelapan : Allah swt memberi kalian pahala seperti pahala amal enam puluh ribu ahli ibadah dan orang enam puluh ribu orang yang zuhud.

Pada hari kesembilan : Allah Azza wa Jalla memberi kalian apa yang diberikan kepada seribu ulama, seribu orang yang i’tikaf, dan seribu orang yang menyambung tali persaudaraan.

Pada hari kesepuluh : Allah Azza wa Jalla memenuhi tujuh puluh ribu hajat, dan memohonkan ampunan untuk kalian matahari, bulan, bintang-bintang, binatang yang melata, burung, binatang buas, setiap bebatuan dan bongkahan tanah liat, setiap yang kering dan yang basah, setiap binatang di laut dan dedaunan di pepohonan.

Pada hari kesebelas : Allah Azza wa Jalla mencatat untuk kalian pahala seperti pahala empat kali orang yang haji dan umrah, setiap yang haji bersama seorang Nabi, dan setiap yang umrah bersama orang yang benar dan yang syahid.

Pada hari kedua belas : Allah Azza wa Jalla menjadikan bagi kalian keimanan yang dapat merubah keburukan-keburukan menjadi kebaikan-kebaikan yang berlipat-ganda, dan mencatat bagi kalian setiap kebaikan seribu kebaikan.

Pada hari ketiga belas : Allah Azza wa Jalla mencatat bagi kalian pahala seperti pahala ibadah penduduk Mekkah dan Madinah, dan Allah memberi kalian syafaat sejumlah bebatuan dan bongkahan tanah liat yang ada di antara Mekkah dan Madinah.

Pada hari keempat belas : Kalian seperti berjumpa dengan Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Dawud dan Sulaiman, dan seperti beribadah kepada Allah Azza wa Jalla bersama setiap Nabi selama dua ratus tahun.

Pada hari kelima belas : Allah Azza wa Jalla menunaikan untuk kalian hajat-hajat dunia dan akhirat, memberi kalian apa yang diberikan kepada Nabi Ayyub; para malaikat pemikul Arasy memohonkan ampunan untuk kalian; dan pada hari kiamat Allah Azza wa Jalla akan memberi kalian empat puluh cahaya, sepuluh cahaya dari sebelah kanan kalian, sepuluh dari sebelah kiri kalian, sepuluh dari depan kalian, dan sepuluh cahaya dari belakang kalian.

Pada hari keenam belas : Allah swt akan memberi kalian pada hari kalian dibangkitkan dari kubur enam puluh pakaian untuk kalian pakai, enam puluh onta untuk kalian kendarahi, dan Allah swt mengirimkan awan untuk menaungi kalian dari sengatan panas hari itu.

Pada hari ketujuh belas : Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Sungguh Aku telah mengampuni mereka dan bapak-bapak mereka, Aku akan lindungi mereka dari azab hari kiamat”.

Pada hari kedelapan belas : Allah Azza wa Jalla memerintahkan malaikat Jibril, Mikail, Israfil, malaikat pemikul Arasy dan Al-Karubin agar memohonkan ampunan untuk ummat Muhammad saw sampai tahun berikutnya, dan Allah Azza wa Jalla memberikan pada kalian pahala para syuhada’ Badar.

Pada hari kesembilan belas : Semua malaikat langit dan bumi minta izin kepada Tuhannya untuk berziarah ke kuburan kalian setiap hari, dan setiap malaikat membawa hadiah dan minuman untuk kalian.

Pada hari kedua puluh : Pada suatu hari Allah Azza wa Jalla mengutus kepada kalian tujuh puluh Malaikat untuk menjaga kalian dari setiap setan yang terkutuk; Allah Azza wa Jalla mencatat untuk kalian setiap hari kalian puasa seperti berpuasa seratus tahun; menjadikan parit antara kalian dan neraka; memberi kalian pahala orang yang termaktub dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qu’an; Allah Azza wa Jalla mencatat untuk kalian setiap pena Jibril (as) sebagai ibadah satu tahun; memberikan pada kalian pahala tasbih Arasy dan Kursi; dan memberi pasangan untuk kalian setiap ayat Al-Qur’an seribu bidadari.

Pada hari kedua puluh satu : Allah swt meluaskan kuburan kalian seribu farsakh, menghilangkan dari kalian kegelapan dan kesepian, menjadikan kuburan kalian seperti kuburan para syuhada’, dan menjadikan wajah kalian seperti wajah Yusuf bin Ya’qub (as).

Pada hari kedua puluh dua : Allah Azza wa Jalla akan mengutus kepada kalian malaikat maut seperti pada para Nabi saw, menyelamatkan kalian dari keganasan malaikat Munkar dan Nakir, dan menghilangkan dari kalian penderitaan dunia dan akhirat.

Pada hari kedua puluh tiga : Kalian akan melintasi shirathal mustaqim bersama para Nabi, shiddiqin dan syuhada’, dan pahala kalian seperti memberi makanan kepada setiap anak yatim dari ummatku dan seperti memberi pakaian kepada setiap yang telanjang dari ummatku.

Pada hari kedua puluh empat : Kalian tidak akan keluar dari dunia kecuali kalian melihat kedudukannya di surga; setiap kalian diberi pahala seribu orang yang sakit, seribu pahala orang yang merantau untuk mentaati Allah Azza wa Jalla; kalian diberi pahala seribu pembebasan dari keturunan nabi Ismail (as).

Pada hari kedua puluh lima : Allah Azza wa Jalla membangunkan untuk kalian di bawah Arasy seribu menara hijau, di atas setiap menara terdapat kemah dari cahaya, dan Allah Tabaraka wa ta’ala berfirman: “Wahai ummat Muhammad, Aku adalah Tuhan dan kalian adalah hamba-Ku, bernaunglah kalian di bawah Arasy-Ku di menara-menara ini, makan dan minumlah sepuas kalian, jangan takut dan jangan sedih; wahai ummat Muhammad, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan mengirim kalian ke surga, kalian akan dibanggakan oleh orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir, Aku akan memberikan pada setiap kalian seribu mahkota dari cahaya, kendaraan onta yang Kuciptakan dari cahaya, tali kendalinya dari cahaya dan pada tali kendali itu terdapat seribu lingkaran yang terbuat dari emas, dan pada setiap lingkaran berdiri malaikat, dan setiap malaikat memegang tongkat dari cahaya sehingga kalian memasuki surga tanpa dihisab".

Pada hari kedua puluh enam : Allah swt memandang kalian dengan kasih sayang-Nya, kemudian mengampuni semua dosa kalian kecuali sogokan dan hartanya; Allah swt mensucikan rumah kalian setiap hari tujuh puluh ribu kali dari ghibah dan dusta.

Pada hari kedua puluh tujuh : Kalian seperti menolong setiap mukmin dan mukminah, memberi pakaian pada tujuh puluh ribu orang yang telanjang, membantu seribu orang yang menjalin tali persaudaraan; kalian seperti membaca semua kitab yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla kepada para Nabi-Nya.

Pada hari kedua puluh delapan : Allah Azza wa Jalla menjadikan bagi kalian di surga Al-Khuld seratus ribu kota dari cahaya, memberi kalian di surga Al-Ma’wa seratus ribu istana dari perak; memberi kalian di surga Al-Jalal tiga ratus ribu mimbar (tempat yang tinggi) yang terbuat dari misik, di setiap mimbar seribu rumah dari za’faran, di setiap rumah terdapat tempat tidur yang terbuat dari permata putih dan permata merah, dan di setiap tempat tidur disiapkan pasangan bidadari.

Pada hari kedua puluh sembilan : Allah Azza wa Jalla memberi kalian beribu-ribu kediaman dan di setiap kediaman terdapat menara putih, di setiap menara terdapat tempat tidur dari kafur putih dilengkapi dengan seribu permadani dari sutera hijau, di setiap permadani disiapkan bidadari yang dihiasi dengan tujuh puluh ribu hiasan, di kepalanya seribu hiasan dari permata putih dan permata merah.

Pada hari ketiga puluh : Allah Azza wa Jalla mencatat bagi kalian setiap hari sebelumnya pahala seribu suhada’ dan seribu orang yang benar; Allah Azza wa Jalla mencatat bagi kalian seperti beribadah lima puluh tahun; Allah Azza wa Jalla mencatat bagi kalian untuk setiap hari seperti puasa dua ribu hari, dan mengangkat derajat kalian setinggi derajat orang-orang yang mulia; Allah Azza wa Jalla mencatat bagi kalian keselamatan dari neraka dan melintasi shirath, dan keamanan dari azab. Di surga ada sebuah pintu yang tidak dibuka hingga hari kiamat, kemudian dibukakan untuk orang-orang yang puasa laki-laki dan perempuan dari ummat Muhammad saw; kemudian penjaga surga, malaikat Ridhwan memanggil: "Wahai ummat Muhammad, kamarilah kalian ke pintu ini. Kemudian ummatku masuk ke pintu itu menuju ke surga. Barangsiapa yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka bulan yang mana ia akan diampuni, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung”.

Hadis ini diriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim, dari Ahmad bin Matuwiyah Al-Jurjani, dari Ahmad bin Abdullah, dari Sofyan bin ‘Ayniyah, dari Muawiyah bin Abi Said, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas. (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah : 81-86)


Wassalam
,

Syamsuri Rifai

Pengasuh Majlis Pengajian Alfusalam
Jl. Imam Bonjol-Jakarta Pusat

http://shalatdoa.blogspot.com
http://id.alfusalam.web.id

Sabtu, 22 Agustus 2009

Doa Malam Terakhir Bulan Sya’ban dan Malam Pertama Bulan Ramadhan

Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Ya Allah, sampaikan Shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya


Ya Allah, sesungguhnya bulan ini adalah bulan yang penuh berkah
bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an dan dijadikan petunjuk bagi manusia
penjelasan dari petunjuk dan pembeda

Bulan Ramadhan telah datang
maka selamatkan kami di dalamnya
alirkan kedamaiannya pada kami
jadikan ia keselamatan bagi kami
dalam kemudahan dan keselamatan dari-Mu.

Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan
mensyukuri yang banyak
terimalah amalku yang sedikit


Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
jadikan bagiku jalan pada semua kebaikan
dan penghalang dari semua yang tidak Engkau cintai

Wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi
Wahai Yang Memaafkan kesalahanku dan kejelekan yang kusembunyikan
Wahai Yang Tidak menyiksaku karena perbuatan maksiatku
maafkan daku
maafkan daku
maafkan daku
wahai Yang Maha Mulia


Tuhanku, Kau sadarkan aku
tapi aku belum juga sadar
Kau halau daku dari larangan-Mu
tapi aku belum juga terhalau
lalu apalagi alasanku?
maafkan daku wahai Yang Maha Mulia
maafkan daku
maafkan daku


Ya Allah, aku memohon kepada-Mu
kedamaian saat kematian menjemputku
dan maafkan daku saat amalku dihisab

Besar sudah dosa hamba-Mu ini
maka ampuni daku dengan ampunan yang baik
dari sisi-Mu wahai Yang Maha Menjaga dan Maha Mengampuni
maafkan daku
maafkan daku


Ya Allah, aku adalah hamba-Mu putera hamba-Mu
yang lemah dan butuh pada rahmat-Mu
Sementara Engkau Yang Menurunkan kekayaan
dan keberkahan kepada semua hamba-Mu

Engkau Maha Perkasa dan Maha Kuasa
Engkau menghitung semua amal mereka
Engkau yang membagikan rizki mereka
Engkau ciptakan mereka berbeda-beda dalam bahasa
dan kulit dari generasi ke generasi berikutnya
Hamba-Mu tak akan mampu mengetahui semua ilmu-Mu
Hamba-Mu tak akan mampu menolak takdir-Mu

Kami semua butuh pada rahmat-Mu
maka jangan palingkan wajah-Mu dariku
jadikan aku tergolong pada hamba-Mu
yang shaleh dalam amal dan keinginan
dalam ketetapan dan takdir-Mu


Ya Allah, hidupkan daku dalam kehidupan yang paling baik
dan matikan daku dalam kematian yang terbaik
mengikuti para kekasih-Mu dan menjauhi musuh-musuh-Mu
takut dan patuh pada-Mu memenuhi dan menerima perintah-Mu
membenarkan kitab-Mu dan mengikuti sunnah Rasul-Mu


Ya Allah, semua yang ada dalam hatiku:
keraguan, penentangan, keputus-asaan
kesenangan yang berlebihan, kesombongan
keangkuhan ketika mendapat nikmat
prasangka buruk, riya’ atau suka pujian
permusuhan, kemunafikan atau kekufuran
kefasikan atau kemaksiatan, atau kebanggaan
atau sesuatu yang lain yang tidak Engkau ridhai


Karena itu, aku memohon kepada-Mu
gantikan semua itu dengan keimanan pada janji-Mu
pemenuhan perintah-Mu
ridha pada ketentuan-Mu
kehidupan zuhud di dunia
harapan pada yang ada di sisi-Mu
kedamaian dan taubat yang sebenarnya;
aku memohon semua itu kepada-Mu ya Rabbal ‘alamin


Tuhanku
Engkau dimaksiati karena santun-Mu
Engkau ditaati karena kemuliaan dan kedermawanan-Mu
seolah-olah Engkau tidak pernah dimaksiati olehku dan oleh seluruh penghuni bumi

Maka jadilah Engkau bagi kami Yang Maha Dermawan dengan segala karunia-Mu
Yang Maha Peduli dengan segala kebaikan-Mu

Wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi

Semoga shalawat senantiasa tercurahkan
kepada Muhammad dan keluarganya
shalawat yang abadi yang tak terhitung jumlahnya
dan tak terukur nilainya oleh selain-Mu
wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi


(kitab Mafatihul Jinan, bab 2, pasal 2)

Wassalam

Syamsuri Rifai

Pengasuh Majlis Pengajian Alfusalam
Jl. Imam Bonjol-Jakarta Pusat

http://syamsuri149.wordpress.com
http://id.alfusalam.web.id

Rabu, 19 Agustus 2009

Hilal, Hisab, dan Rukyat

MANAKALA menjelang bulan Ramadhan, hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha, terdapat perbedaan pandangan mengenai penentuan akhir dan awal bulan. Perbedaan pandangan tersebut terjadi karena tidak samanya acuan dan referensi yang dipergunakan oleh masing-masing kalangan. Ada yang menerapkan metode rukyat, ada yang menggunakan metode hisab, yang mana kedua metode tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.

Penentuan akhir dan awal bulan dalam Islam --khususnya bulan Ramadhan--, salah satu sandarannya berpedoman pada hadits riwayat Abi Hurairah ra, dimana ia pernah berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari” (HR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081).


Pengertian Hilal

HILAL adalah penampakan bulan yang paling awal terlihat menghadap bumi setelah bulan mengalami konjungsi/ijtimak. Bulan awal ini --bulan sabit-- akan tampak di ufuk barat (maghrib) saat matahari terbenam.

Ijtimak atau konjungsi adalah peristiwa yang terjadi saat jarak sudut (elongasi) suatu benda dengan benda lainnya sama dengan nol derajat. Dalam pendekatan astronomi, konjungsi merupakan peristiwa saat matahari dan bulan berada segaris di bidang ekliptika yang sama. Pada saat tertentu, konjungsi ini dapat menyebabkan terjadinya gerhana matahari.

Hilal merupakan kriteria suatu awal bulan. Seperti kita ketahui, dalam Kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, dan penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan hilal/bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 atau 30 hari.

Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah: “Hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji…” [Al Baqoroh(2) : 189]


Pengertian Hisab


Secara harfiyah HISAB bermakna ‘perhitungan’. Di dunia Islam istilah ‘hisab’ sering digunakan sebagai metode perhitungan matematik astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.

Penentuan posisi matahari menjadi penting karena umat Islam untuk ibadah shalatnya menggunakan posisi matahari sebagai patokan waktu sholat. Sedangkan penentuan posisi bulan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam Kalender Hijriyah. Ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat orang mulai berpuasa, awal Syawal saat orang mengakhiri puasa dan merayakan Idul Fitri, serta awal Dzulhijjah saat orang akan wukuf haji di Arafah (09 Dzulhijjah) dan hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah)

Dalam Surat Yunus Ayat 5 Allah swt. berfirman : Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. 10 : 5)

Pada ayat lain Surat
Ar-Rahmaan Ayat 5 juga dijelaskan : Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (QS. 55 : 5)


Pengertian Rukyat

RUKYAT adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.

Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi bulan berada di ufuk barat, dan bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang waktu setempat telah memasuki tanggal 1.



Menentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah

Di Indonesia, terdapat beberapa kriteria yang digunakan baik oleh pemerintah maupun organisasi Islam untuk menentukan awal bulan pada
KALENDER HIJRIYAH :
  1. Rukyatul Hilal
    Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
  2. Wujudul Hilal (juga disebut ijtimak qoblal qurub)
    Kriteria penentuan awal bulan Hijriyah dengan prinsip: Jika pada setelah terjadi ijtimak, bulan terbenam setelah terbenamnya matahari, maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) bulan saat matahari terbenam.
  3. Imkanur Rukyat MABIMS
    Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah.
    Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
    • Pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) bulan di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau
    • Pada saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak.
      Di Indonesia, secara tradisi pada petang hari pertama sejak terjadinya ijtimak (yakni setiap tanggal 29 pada bulan berjalan), Pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan kegiatan rukyat (pengamatan visibilitas hilal), dan dilanjutkan dengan "Sidang Itsbat", yang memutuskan apakah pada malam tersebut telah memasuki bulan baru, atau menggenapkan bulan berjalan menjadi 30 hari. Di samping metode Imkanur Rukyat di atas, juga terdapat kriteria lainnya yang serupa, dengan besaran sudut/angka minimum yang berbeda.
  4. Rukyat Global
    Kriteria penentuan awal bulan Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.

Ramadhan 1430 H. (?)

Penentuan awal bulan kalendar hijriyah tak bisa lepas dari hilal (penampakan bulan baru). Sebagai gambaran, Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) mensyaratkan tinggi bulan minimal 2 derajat untuk awal bulan baru hijriyah.


Kapan kira-kira hilal akan nampak untuk 1 Ramadhan dan 1 Syawal 1430H?

Untuk simulasi astronomi, digunakan software Stellarium, salah satu software planetarium open-source. Supaya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya, setting koordinat lokasi di tempat pengamatan hilal. Salah satu lokasi pengamatan hilal adalah di KL Tower (koordinat: N3 09 10.1 E101 42 12.6).

Dengan tinggi lokasi 94 m di atas permukaan laut dan total tinggi menara 421 m, menara ini bahkan lebih tinggi dari Petronas Twin Tower!. Diasumsikan tinggi tempat lokasi pengamatan hilal berada 400 m di atas permukaan laut.

Berikut beberapa screenshot hasil simulasi (klik pada gambar untuk zoom-view)

stellarium-000

Gambar 1. Perkiraan tinggi bulan pada 20 Agustus 2009

.

stellarium-001

Gambar 2. Perkiraan tinggi bulan pada 21 Agustus 2009

.

stellarium-002

Gambar 3. Perkiraan tinggi bulan pada 18 September 2009

.

stellarium-003

Gambar 4. Perkiraan tinggi bulan pada 19 September 2009


Awal Ramadhan 1430 H.

Dari hasil simulasi di atas, pada saat matahari terbenam tanggal 20 Agustus 2009, bulan masih di bawah horizon (tidak dapat dilihat). Sementara pada saat matahari terbenam tanggal 21 Agustus 2009, posisi bulan sudah tinggi (lebih dari 11 derajat) menunjukkan masuknya awal bulan Ramadhan. --jangan lupa, untuk kalendar Islam, hari berganti pada saat matahari terbenam, bukan pada pukul 00.00--


Awal Syawal 1430 H

Pada saat matahari terbenam tanggal 18 September 2009, bulan juga masih di bawah horizon. Selain itu, tidak mungkin juga jumlah hari pada bulan Ramadhan hanya 28 hari. Dan pada keesokan harinya (19 September 2009) pada saat matahari terbenam, tinggi bulan sekitar 6 derajat sehingga kemungkinan besar sudah dapat dilihat. Ini akan menandakan masuknya bulan Syawal.

Wallahu’alam

(ASF/dari banyak sumber)


link terkait :
http://media.isnet.org
http://pakarfisika.wordpress.com
http://untoro.wordpress.com
http://www.mui.or.id



Senin, 17 Agustus 2009

M E R D E K A


Rasakan diri anda bahwa
anda tidak merasa terkungkung
atau tertekan

Rasakan diri anda bahwa
anda boleh bebas beropini dan
menentukan pilihan

Rasakan diri anda bahwa
anda tidak hidup dalam bayang-bayang
pengaruh dan kendali orang lain

Rasakan semua KEBEBASAN
karena kalau belum rasakan demikian
berarti anda MASIH DIJAJAH!

M e r d e k a !!!

 

Jumat, 14 Agustus 2009

Mengenal Unggah-unggahan di Gedongan

Rutinitas Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan


SELAIN "Fenomena Banyu Zamzam Nisfu Sya'ban", di Bulan Ruwah ini masih ada rutinitas warga Gedongan yang diadakan pada sepuluh hari menjelang Bulan Suci Ramadhan tiba, yakni tradisi Unggah-unggahan. Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan Sahabat Usamah bin Zaid ra., ia pernah berkata :

Ya Rasulullah : Aku tidak melihat anda berpuasa pada bulan tertentu seperti anda berpuasa pada bulan Sya’ban? Beliau berkata : “Itulah bulan yang dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itulah diangkat amalan-amalan ke Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa.“ (HR. An-Nasa'i).

Unggah-unggahan artinya “kenaikan” (tingkat/derajat). Warga Gedongan berasumsi bahwa sebagaimana layaknya siswa yang menempuh pendidikan formal di sekolah ataupun madrasah, pada akhir tahun pengajaran ada “masa kenaikan”, begitu pun manusia yang hidup mendiami bumi ini mengalami hal serupa demikian. Kalau unggah-unggahan di sekolah merupakan masa peralihan/migrasi siswa dari kelas yang ia duduki ke kelas yang lebih tinggi lagi, sedangkan unggah-unggahan dalam konteks ini adalah migrasi kualitas amal perbuatan sang hamba di Mata Sang Khaliq. Dimana seluruh amal perbuatan manusia sejak lahir sampai mati senantiasa dicatat oleh dua malaikat Allah, Rakib dan Atid yang setia mendampingi di sebelah kanan dan kiri setiap manusia. Ditegaskan dalam Alqur’an Surat Al-Infithaar Ayat 10-12 :

“padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu); Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaan itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 82 : 10-12)

Kedua malaikat itulah yang mencatat amal perbuatan manusia selama hidupnya, yang tidak satupun perbuatan atau amal manusia terlewatkan pencatatanya, apakah itu berupa amal kebaikan atau amal buruk. Dalam Surat Qaaf Ayat 17-18 disebutkan :

“(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lainnya duduk di sebelah kiri; Tidak suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di sisinya (malaikat) pengawas yang selalu hadir.” (QS. 50 : 17-18)

Dan pada bulan Ruwah inilah catatan amal ibadah (buku rapor) setiap kita selama setahun diangkat dan diganti dengan lembaran yang baru. Oleh karenanya bulan ini juga dikenal dengan istilah 'bulan tutup buku'.

Diselenggarakannya tradisi unggah-unggahan dimaksudkan sebagai upaya membersihkan jiwa dari segala noda yang mengotori rohani. Tradisi ini dimanifestasikan oleh masyarakat Gedongan dengan saling nyuwun ngapura (memohon maaf) dan –bagi sebagian yang mampu-- ngirim (berbagi hantaran hidangan nasi rantan atau nasi ambeng lengkap dengan lauk pauk layaknya sajian berkat) kepada tetangga, sanak saudara, orang-orang sepuh/jompo, ataupun para fuqara dan masakin, yang tujuannya tidak lain merajut amal hasanah sembari mempererat sillaturahmi.

Bukan cuma kepada yang hidup, "sillaturahmi" juga dilakukan kepada mereka yang sudah mati, para orang tua atau sanak saudara yang telah lebih dulu pergi meninggalkan bumi, hal ini dilakukan sebagai bentuk bakti dan penghormatan (ta'dzim) atas jasa yang pernah ditorehkan almarhum semasa hidupnya. Namun tentunya metodenya berbeda, yang dikirim pun tidak sama. Sillaturahmi kepada orang yang sudah mati dilakukan dengan berziarah kubur, membersihkan makam dan mengirim do'a bagi Arwah (jamak dari Ruuh/Ruwah). (Bisa jadi dari sinilah kata "Ruwah" populer sebagai kata lain dari bulan Sya’ban, pen.)


I M T I H A N

Masih dalam rangkaian unggah-unggahan, kesibukan lain yang menjadi rutinitas bulan Ruwah di Gedongan adalah “Imtihan” (lidah orang Gedongan menyebutnya “Intihan”).

Secara harfiah Imtihan berarti "ujian" atau testing. Ujian yang dilakukan oleh para ustadz/ustadzah untuk mengukur kemampuan individu murid-muridnya, seberapa dalam mereka menguasai materi yang pernah diajarkan, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini lazim dilakukan pada lembaga pendidikan sebagai barometer menentukan keberhasilan atau kegagalan proses pengajaran.

Namun, imtihan di Gedongan bukanlah demikian. Imtihan merupakan ajang unjuk (kemampuan) diri, dimana --pada puncak "Malam Imtihan"-- sang murid berkompetisi menunjukkan kepiawannya di atas panggung podium, tampil sebagai pengisi acara dengan merapal dan menghapal (apal-apalan) beberapa materi pelajaran yang pernah diberikan, diantaranya bacaan surat-surat (pendek) Juz Amma, bacaan do'a-do'a harian, nadzom/syair, shalawatan dan kidung Islami. Kepiawaian ini ditunjukkan oleh para murid di hadapan ratusan khalayak; ustadz/ustadzah, rekan sesama murid, orang tua/wali murid, juga hadirin tamu pengunjung.

Dalam ingatan penulis --yang juga pernah menjadi pesertanya--, di antara bait-bait syair yang ditampilakan antara lain :

"Sifat 20" (Sifat Wajib bagi Allah swt. : Wujud, Qidam, Baqa', ...... dan seterusnya) //

kemudian ada kidung Jawa tentang keesaan Allah berikut ini :

Gusti Allah iku Siji
Ora nana kang madani
Tanpa rama tanpa kanca
Tanpa ibu tanpa putra

Gusti Allah Pengeran kita
Ingkang paring gesang kula

......
dan seterusnya (lupa-lupa ingat) //

yang lain ada kidung tentang ibadah seperti ini :

Eman temen wong gagah
Ora sembayang
2x
Nabi Yusuf luwih
Gagah ya sembayang
2x

Eman temen wong ayu
Ora sembayan
g 2x
Siti Fatimah luwih
Ayu ya sembayang
2x

dan seterusnya //

Juga ada tembang kombinasi Arab-Jawa sebagai berikut :

من خلق الشّمش؟
الله الذى خلق الشّمش

(Sinten ingkang damel serngenge?
Gusti Allah ingkang damel serngenge ......
)

من خلق القمر ؟
الله الذى خلق القمر

(Sinten ingkang damel wulan?
Gusti Allah ingkang damel wulan
......)

من خلق النّجوم؟
الله الذى خلق النّجوم

(Sinten ingkang damel lintang?
Gusti Allah ingkang damel lintang ......
)

من خلق الأرض؟
الله الذى خلق الأرض

(Sinten ingkang damel bumi?
Gusti Allah ingkang damel bumi ......
) //

dan masih banyak lagi (yang penulis lupa syair dan nadanya).



Prosesi imtihan dimulai dengan Pawai Taaruf (karnaval) pada siang hari. Para siswa dan siswi Madrasah Diniyah peserta pawai mengenakan seragam SD (karena madrasah tidak memiliki pakaian seragam) putih-merah atau putih-putih. Mereka baris entres per-kelas di halaman madrasah, dengan masing-masing memegang klebet (bendera) 'merah-putih' dari bahan kertas wajik. Setelah persiapan sudah matang, barisan pawai berjalan berbanjar menyusuri jalan-jalan utama kampung hingga membentuk iring-iringan panjang. Dengan penuh keriangan mereka melambai-lambaikan bendera di tangan, menyapa setiap orang yang ramai menanti di tepian jalan, sambil tak bosan mulutnya mendendangkan Shalawatan.

Shalatullah, Salamullah
'Alaa Thaaha Rasulillah

Shalatullah, Salamullah
'Alaa Yasiin Habibillah
... dst.

Perjalanan berakhir setelah semua rute (Gedongan-Bangbango-Rakit) dilalui, dan peserta pawai kembali berkumpul di halaman madrasah untuk pembagian berkat sega buntel yang sudah disiapkan oleh panitia dari warga.

bersambung ......

(ASF)

Senin, 10 Agustus 2009

NU Menjamin Tak Ada Warganya yang Jadi Teroris


Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) menjamin bahwa tak ada warganya yang menjadi teroris atau memiliki paham “radikal” layaknya para teroris itu, kata Ketua Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siroj.

Hal tersebut terjadi karena NU yang berpaham Islam moderat dan toleran ala Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), tak pernah mengajarkan pada kalangan nahdliyyin (warga NU) untuk bertindak kekerasan.

Itu sudah prestasi luar biasa, NU bisa mengendalikan warganya agar tidak berpaham radikal. Hanya, masalahnya, tidak semua orang Indonesia adalah orang NU,” ujar Kang Said—panggilan akrabnya—kepada NU Online di Jakarta, Kamis (23/7)

Kang Said juga menjamin, tak ada pesantren NU yang mendidik santrinya menjadi teroris. “Bisa dilihat, mana ada lulusan pesantren NU, misal, (pesantren) Lirboyo, Tebuireng, Gedongan, dan lain-lain, yang menjadi teroris. Masalahnya, tidak semua orang pernah menjadi santri di pesantren NU,” terangnya.

Karena itu, imbuhnya, tidak sepatutnya jika aksi terorisme yang marak belakangan ini dikaitkan dengan pesantren, terutama pesantren pada umumnya. Pasalnya, lembaga pendidikan agama yang khas Indonesia itu sudah ada sejak ratusan tahun silam. Dan, selama itu pula tak pernah ada masalah dengan pesantren.

Meski demikian, ia tak menolak jika ada dugaan bahwa terdapat beberapa pesantren yang mengajarkan paham kekerasan dalam bentuk terorisme itu. “Tapi, yang jelas, (pesantren) itu bukan pesantren NU,” tegasnya. (rif)

Rabu, 05 Agustus 2009

Fenomena Banyu Zamzam Nisfu Sya'ban di Gedongan

Membuka kembali lembaran memori masa kecil penulis ketika pertengahan bulan Sya'ban; Di Gedongan, ada fenomena tak lazim (tidak umum, pen.) yang terjadi setiap tanggal 15 bulan Ruwah (Nisfu Sya'ban). Menjelang bedug maghrib (wayah sandakala, pen.) penduduk Gedongan/warga magarsari baik yang tua maupun muda, lelaki juga perempuan, dewasa dan kanak-kanak, keluar rumah menghampiri sumur-sumur tua. Mereka datang berbondong-bondong dengan tujuan untuk mandi (grujug) serta mengambil air sumur yang --konon-- airnya ketika itu berubah menjadi "Air Zamzam".

Tak lazim memang, karena sepanjang pengetahuan penulis, fenomena ini hanya ada dan terjadi di Gedongan (saja). Di daerah-daerah yang pernah penulis singgah dan diami; di Parung-Bogor, sebagian wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Wilayah Lampung, kemudian di Jepara, Demak, Kudus, Pati, serta wilayah Semarang, dan sekarang mukim di Kecamatan Ketanggungan - Kabupaten Brebes, tidak pernah ditemui kelangkaan seperti fenomena di atas.

Kalau boleh dikatakan, ini adalah bagian dari keunikannya Gedongan --pedukuhan yang merupakan Cantilan Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat-- juga merupakan kekhasan yang hanya dimiliki blok tersebut.

Lantas, apakah memang hal demikian benar-benar terjadi adanya?. Masih adakah fenomena seperti ini di tengah-tengah masyarakat yang hidup di era modern dan serba canggih?!.

Untuk mencari jawab atas pertanyaan ini, pada kesempatan Ziarah Jum'at Kliwon ke pusara kedua orang tua di Makbaroh Gedongan, penulis melakukan investigasi. Dari seorang Narasumber yang merupakan salah satu tokoh warga Magarsari, penulis memperoleh jawaban :"Ya, betul. --Banyu Zamzam Nisfu Sya'ban-- memang terjadi. Di Gedongan masih ada, dan tetap lestari hingga saat ini, walaupun pengamalannya tidak seperti yang dulu-dulu"

Narasumber yang dimaksud adalah Ust. Abdul Hadi, yang penulis temui di rumahnya. Walaupun hanya pertemuan singkat, namun penulis dapat lakukan wawancara berkenaan dengan Fenomena Banyu Zamzam Nisfu Sya'ban di Gedongan. Berikut petikannya :

Apa hubungannya antara bulan Sya'ban dengan air zamzam?

Bulan Sya’ban adalah bulannya Nabi Muhammad saw., sebagaimana ada hadits yang mengatakan : “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku .....". Sedangkan air zamzam, Umat Islam percaya, ini adalah sebaik-baiknya air di permukaan bumi, air yang digunakan Malaikat Jibril untuk mensucikan hati Rasulullah. Dan Nabi Muhammmad SAW pun memberkati dengan air ludah beliau yang kemudian berfungsi sebagai makanan, sekaligus obat segala macam penyakit.

Apa kaitanya dengan fenomena banyu zamzam yang ada di sumur Gedongan setiap pertengahan bulan Sya'ban?

Muhammad adalah sosok manusia yang dirindukan oleh Nabiullah Ibrahim as. dalam do'anya yang terdapat pada Surat Al-Baqarah ayat 124 : ...... Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (Ibrahim) imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah mengabulkan do'a Nabi Ibrahim dalam hal ini, dengan menjadikan Nabi Muhammad saw. (keturunannya) sebagai "Imam bagi seluruh manusia". Begitu cintanya Nabi Ibrahim kepada Nabi Muhammad saw. maka air zamzam yang menjadi bukti Kenabian Ibrahim as. dicurahkan oleh Allah swt. pada bulan Sya'ban yang merupakan bulannya Nabi Muhammad saw. Walhasil, bukan cuma sumur-sumur di Gedongan, tapi semua sumur di dunia juga menyumberkan air zamzam pada sore Nisfu Sya'ban.

Tapi ini hanya terjadi di Gedongan, lho. Di tempat-tempat lain tidak pernah ada fenomena ini?

Wallahu a'lam. Tapi yang jelas, ini seperti yang didawuhkan oleh Mbah Romo Kyai Said(Pendiri Pesantren Gedongan) di depan warga magarsari dulunya. Mungkin Kyai Said hanya bersugesti kepada warga supaya mandi di saat surup matahari (ghurubus-syamsi) pada nisfu Sya'ban, mengingat hal ini adalah kesunnahan, yang manfaatnya agar dosa-dosa kita diringankan oleh Allah swt. Supaya sugestinya kuat, maka dikatakanlah bahwa air pada sore itu adalah air zamzam. Mungkin ......

Jadi tidak ada dasar hukumnya?

"Wallahu a'lam ...... "



****

Sebetulnya, sore itu penulis merencanakan menemui dua narasumber, Ust. Abdul Hadi, danKang Opik (panggilan akrab KH. Taufiqurrahman Yasin). Namun sayang, narasumber yang kedua tidak bisa ditemui ketika penulis sowan di rumahnya, beliau sedang kelelahan setelah beberapa hari melakukan safar --seperti yang dituturkan oleh kang Mundzir jugaNyai Likah, kakak dan orang tua Kang Opik. Walau demikian, penulis tetap melakukan diskusi kecil bersama kang Mundzir dengan topik serupa di atas, meski jawaban penguatan (ta'kid) atas permasalahan yang sedang penulis kaji tidak penulis dapatkan.

Dan untuk melengkapi kajian ini, penulis tambahkan beberapa referensi seputar Banyu Zamzam dan Nisfu Sya'ban sebagai berikut :


Kilas Sejarah Air Zamzam

Air yang paing baik di muka bumi ini adalah air zamzam. Selain bersih, air zamzam juga mengandung banyak khasiat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Berjuta jamah haji setiap tahunnya mengambil air dari sumur zamzam, namun sumur tersebut tak pernah kering.

Kata zamzam berasal dari Zomë-zomë, yang artinya 'berhenti mengalir'. Sebagaimana kita ketahui, bahwa keberadaan air zamzam ini tak dapat dilepaskan dari sejarah Nabi Ibrahimdan Ismail. Jejakan kaki Ismail (waktu masih kecil), saat ditinggalkan bersama Siti Hajar oleh Nabi Ibrahim di padang nan gersang, menjadi lantaran bagi memencarnya sumber air zamzam tersebut, Allah terus melanggengkan pancaran air zamzam tersebut hingga detik ini. Sumber air zamzam tersebut berada di dalam kompleks Masjidil Haram.

Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka.

Siti Hajar memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya ;"Hendak kemanakah engkau Ibrahim?, Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua di tempat yang sunyi dan tandus ini? ".

Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata pun. Siti Hajar bertanya lagi; "Apakah ini memang perintah dari Allah?"

Barulah Nabi Ibrahim menjawab, "ya".

Mendengar jawaban suaminya yang singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.

Selang beberapa hari, air yang dari Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit Shafa dan Marwah berulang kali sehingga kali ketujuh (terakhir) ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.


Air Zamzam yang merupakan berkah dari Allah SWT, mempunyai keistimewaan dan keberkatan dengan izin Allah SWT, yang bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadits Nabi saw., Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw bersabda: "sebaik-baik air di muka bumi ialah air Zamzam. Air Zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit".


Keistimewaan Nisfu Sya'ban

Sya’ban adalah bulan kedelapan penanggalan Hijriyah. Salah satu keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nisfu Sya'ban. Secara harfiyah istilah "Nisfu Sya’ban" berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban yaitu tanggal 15 Sya'ban, yang merupakan salah satu hari besar Umat Islam.

Rasulullah saw bersabda : “Wahai jiwa yang bernafas panjang, tahukah kamu malam ini? Malam ini adalah malam nishfu Sya’ban, di dalamnya rizki dibagikan, di dalamnya ajal dicatat. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya malam ini…, dan Dia menurunkan para malaikat-Nya ke bumi Mekkah". (Mafatihul Jinan, bab 1, pasal 2)

Pada malam ini pula, turun 300 Rahmat, sebagaimana berita Jibril pada Muhammad :Seandainya catatan "pencabutan nyawa seseorang" untuk tahun depan sudah akan berlaku, pada malam 15 Sya'ban ini, catatan itu turun pada malaikat pencabut nyawa.

Aisyah berkata : Rasulullah berdiri dalam shalatnya selama separuh malam dan melakukan sujud yang begitu lama hingga aku mengira nyawanya telah dicabut. Lalu aku bermaksud untuk menggerakkan tumitnya, seketika beliau pun bergerak, jadi aku mundur. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari posisi sujud dan menyelesaikan shalatnya, beliau lalu berkata : “Yaa Aisyah , Yaa Humayra! (si kecil yang pipinya merah) Apakah kamu pikir Nabi telah melanggar perjanjiannya denganmu?”

Aisyah lalu menjawab : “Tidak! Demi Allah Yaa Rasulullah saw., tetapi aku pikir nyawamu telah dicabut karena engkau sujud begitu lama".

Beliau membalas, “Apakah kamu tahu malam apakah sekarang?

Allah dan Rasul-Nya Maha Tahu!”, jawab Aisyah.

Rasulullah lalu menjelaskan : “Ini adalah malam pertengahan Sya’ban! Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia melihat hambaNya pada malam ini. Dia memaafkan siapapun yang memohon ampun dan Dia memberikan Rahmat kepada yang memintanya. Namun Allah akan menahannya terhadap pendengki dan orang-orang yang tidak mensyukuri keadaan mereka". (Hadits riwayat Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)


Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya'ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya'ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya'ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban yang di dalamnya terdapat Nisfu Sya'ban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya'ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.


Amalan-amalan Nisfu Sya'ban

Sekelompok ahlu tasawuf memanfaatkan malam ini untuk memohon pada Allah, agar seandainya catatan itu untuk kita sudah turun, mohon supaya ditangguhkan. Karenanya pada malam 15 bulan Sya'ban, dianjurkan sekali bagi orang Islam untuk melakukan amalan-amalan, di antaranya :

Melaksanakan Shalat Tasbih atau shalat Sunnat Mutlaq empat rakaat ba'da shalat maghrib, kemudian dilanjutkan dengan membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali berturut-turut diikuti bacaan do'a Nisfu Sya'ban, dengan permohonan yang pertama supaya diberikan panjang umur, ditetapkan keimanan dan ketaqwaan hanya kepada Allah swt.; bacaan kedua memohon dijauhkan dari mara bahaya; dan bacaan yang terakhir mohon agar diberikan rizki yang halal dan barokah.

Pendapat lain mengatakan, bacaan pertama untuk meningkatkan maqam atau posisi seseorang; bacaan kedua memohon diberikan rezeki atau dipenuhi kebutuhan hidupnya; dan yang ketiga mohon perlindungan dari musuh.

Kemudian setelah shalat ‘Isya, melakukan shalat yang menurut Syaikh ‘Abdul Qadir AlJilani dalam kitabnya Alghunyatu lit-Taalibiyi l-Haqq disebut Shalat Khair (untuk memperoleh keberuntungan). Jumlah rakaat dalam shalat tidak ditentukan, namun seseorang diharuskan untuk membaca surat Al-Ikhlash sebanyak 300 kali atau 1000 kali secara keseluruhan. Ada yang mengerjakan shalat 40 rakaat dengan tiap rakaat dibaca surat Al-Ikhlash sebanyak 25 kali.

Dari Nabi saw. bersabda : "Barangsiapa di dalam nisfu Sya'ban melakukan shalat 12 rakaat dan setiap rakaat setelah Alfarihah membaca Surat Al-Ikhals sebanyak 11 kali, maka dihapuskanlah seluruh kesalahannya dan diberikan barkah hidupnya".


Terlepas dari kontroversi tentang amalan-amalan Nisfu Sya'ban tersebut di atas, namun setidaknya kita umat Islam senantiasa perbanyak dzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. --kapanpun dan dimana pun-- terlebih di Malam Nisfu Sya'ban ini.

Sabda Rasulullah saw : “Allah melihat ciptaan-Nya pada malam pertengahan Sya’ban dan Dia mengampuni semua ciptaan-Nya kecuali orang musyrik (menyekutukan Tuhan) dan musyahin (orang yang penuh kebencian)".


Wallahu a' lam bish Shawaab ...... (ASF)