Rabu, 18 Januari 2012

Manaqib Kyai Said Gedongan

Sepenggal kisah tentang Kyai Said (Almaghfurlah KH. Muhammad Said, Pendiri Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon) ini bersumber dari tulisan Arief Rizqillah Alq di http://paman-guru.blogspot.com/ Semoga bisa menambah kecintaan kepada ulama dan dapat menambah wawasan kepesantrenan.


Jangan Bermain-main dengan Al-Qur’an

Sekali
waktu Kyai Said diundang khataman (tasyakkur khotmil qur’an) oleh Kyai Abdul Jamil (Ayahanda Kyai Abbas Buntet Pesantren). Tampaknya acara akan berjalan lancar. Sampai di penghujung acara, salah satu santri salah melafalkan Alqur’an dengan benar sesuai kaidahnya. Kontan saja Kyai Said yang sejak awal fokus mendengarkan langsung berdiri dan berteriak, “Jamil (memanggil Kyai Abdul Jamil), bocah aja dikongkon dolanan Qur’an (Jamil, anak-anak jangan disuruh bermain-main dengan Qur’an).” Begitulah Kyai Said yang selalu berhati-hati dalam setiap tindak-tanduknya.


Secarik Kertas Lebih Berat daripada Daging Sapi

Di suatu acara tahlilan, Kyai Said diminta untuk ngimami (memimpin) acara tahlil tersebut. Beliau pun mengimami tahlil tersebut. Tawassul selesai, lalu langsung beralih ke bacaan tahlil (laa ilaaha illallah). Baru tiga kali mengulangi bacaan tahlil, ternyata Kyai Said sudah mengkeraskan bacaannya, menandakan tahlil telah selesai diiringi dengan dilepasnya tasbihnya. Lalu, beliau menengadahkan tangannya, memimpin jama’ah mendoakan jenazah yang baru meninggal.

Ternyata, tahlil singkat yang dipimpin Kyai Said menuai protes dari sang sohibul hajat yang tak lain merupakan salah satu orang kaya di kampung tersebut. Penyebab protesnya sang tuan rumah tak lain dan tak bukan karena sang tuan rumah merasa telah menyiapkan acara semaksimal mungkin, sebegitu wahnya bahkan tuan rumah sampai menyembelih satu ekor sapi yang besar untuk menjamu jama’ah tahlil yang datang.

Memang dasarnya Kyai Said seorang ulama ‘alim, beliau menjawabnya dengan enteng, “lafadz tahlil 3 kali saya lebih berat dari daging sapi yang sampeyan sembelih”, tutur Kyai Said datar. Sudah bisa ditebak respon sang tuan rumah, dia tetap memprotes dan menganggap Kyai Said hanya sedang berdalih membenarkan dirinya. Kyai Said menanggapinya dengan menuliskan lafadz tahlil pada selembar kertas lalu menyuruh beberapa orang untuk mengangkat dan menimbangnya. Selanjutnya, hasil timbangan kertas tersebut dibandingkan dengan bobot daging sapi yang disembelih tuan rumah. Dan atas izin Allah, kertas bertuliskan lafadz tahlil 3 kali milik Kyai Said ternyata lebih berat dibanding daging satu ekor sapi. Maa Syaa Allah wa in lam yasya' lam yakun.

*) Kisah ini diadaptasi dari penuturan K.H. Abdullah Syifa (Buntet Pesantren) pada suatu acara tahlil yang dihadiri oleh penulis.

Minggu, 15 Januari 2012

Selamat Jalan, Gus Imam ....

Kyai Imam Lirboyo(MagarsariPost) - Segenap keluarga besar warga Magarsari Pondok Pesantren Gedongan, Kec. Pangenan Cirebon-Jawa Barat, ikut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu Dewan Pembina (Pengasuh) Ponpes Lirboyo Kediri, KH. Imam Yahya Mahrus (Gus Imam), putra dari almarhum KH. Mahrus Aly (asal Gedongan).

Beliau meninggal dunia pada 14 Januari 2012 pukul 20.00 WIB di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.


Semoga arwah beliau diterima di Sisi Allah subhanahu wa ta'ala dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Amin.... (ASF)

Minggu, 08 Januari 2012

Lho, Masjid Gedongan belum Sempurnakan Arah Kiblat


(MagarsariPost) - Juma’at (06/01) minggu pertama awal tahun 2012 ini saya niatkan untuk pulang ke Gedongan, silaturrahmi dengan keluarga yang masih tersisa di kampung halaman. Kegiatan ini bagian dari rutinitas bulanan saya berkunjung ke sedulur tua (kakak, mamang, dan uwak) yang biasanya dilakukan saban Juma’at Kliwon. Namun berhubung ada kesibukan yang ‘gak bisa ditunda, pada kliwonan dua pekan silam saya ‘gak bisa mudik, sebagai gantinya adalah kunjungan Juma’at minggu pertama awal tahun 2012 kali ini.

Selain keperluan silaturrahmi dengan sedulur yang masih hidup, dalam setiap kunjungan kliwonan ke Gedongan saya niatkan untuk berziarah ke makam Abah dan Bibi di areal Maqbaroh Gedongan. Juga sesekali bila ‘gak mepet dengan waktu Juma’atan, setelah berziarah --bersama anak dan istri-- saya sempatkan diri sowan ke ngarsa ndalemipun Kyai Abu (KH. Abu Bakar Sofyan) ber-tabarrukan.


Kali ini saya datang agak siang, kira-kira jam setengah sebelasan. Maklum, si “Pitung” kuda besiku memang maunya nyantai kalo diajak pergi jalan-jalan. Jadi setibanya di rumah, saya langsung bergegas menuju maqbaroh, pulangnya saya langsung berkemas bersih diri bersiap tuk pergi Juma’atan ke Masjid Gedongan. Tepat setelah adzan dzuhur berkumandang, saya sudah siap berangkat (bismillahi tawakkalu ‘alallah....).


Masuk ke dalam areal masjid, saya langsung berbaur dengan puluhan jamaah yang sedang khusuk masykuk berdzikir dan bermunajat, sebagian lainnya ada yang sedang melaksanakan shalat sunnat. Jarum pendek jam dinding yang terpasang di sebelah kanan dan kiri mihrab saat itu sama-sama menunjuk ke angka 12, dan jarum panjangnya bergeser di angka 2. Setelah menemukan lokasi yang tepat --di sela-sela shaf kosong yang masih belum teratur-- saya bertakbiratul-ihram melaksanakan 2 rakaat (shalat sunnat) tahiyyatul masjid, disusul kemudian 2 rakaat lagi qabliyah Juma’at, selanjutnya saya ikut menenggelamkan diri dalam dzikir dan munajat di tengah suasana yang terasa begitu sakral.


Dalam keheningan syahdu, naluri kemusafiranku reflek mengamati sekitar; lirik pandangku tertuju ke arah jamaah yang ada di samping kiri-kanan dan di depan, juga pada posisi permadani yang di atasnya saya sedang bersimpuh saat ini. Sejenak saya tertegun dengan posisi permadani empuk yang digelar mepet dengan posisi dinding bagian depan; tanpa ada tanda shaf, makmum akan berbaris sejajar menyesuaikan dengan posisi digelarnya permadani, tentunya. Bila demikian, sepertinya masjid Gedongan ini belum melaksanakan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyempurnakan arah kiblat dari barat ke barat laut. Lho, kok?!


Sebagaimana umumnya; permadani, kambal, atau karpet di masjid-masjid atau musholla, selain fungsi utamanya untuk alas lantai, dapat juga dijadikan sebagai sajadah yang juga dapat berfungsi sebagai penunjuk arah kiblat makmum dalam berjamaah. Artinya, para makmum yakin bahwa shalatnya telah “mustaqbilal-qiblat” dengan ia berbaris lurus mengikuti posisi digelarnya alas lantai tadi.


Seingat saya, masjid Gedongan ini --semenjak direhab awal tahun 1980an hingga sekarang saat saya akan melaksanakan shalat Juma’at-- jihat kiblatnya belum pernah berubah, menghadap sejajar bangunan masjid (karpet mepet ke tembok).



Berita Okezone Rabu (14/07/2010) judul : “MUI Fatwakan Arah Kiblat ke Barat Laut”

JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan fatwa mengenai arah kiblat. Ini dilakukan sebagai salah satu syarat sah salat bagi umat Islam. Atas fatwa tersebut, MUI mengimbau semua pihak mengikuti posisi tersebut.


MUI mengimbau kepada pengurus masjid atau musala, bagi yang kiblatnya tidak tepat perlu ditata ulang saf-nya namun tidak perlu membongkar bangunannya”, kata Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, AM. Asrorun Niam.

Ini diungkapkan Asrorus kepada wartawan di Gedung MUI, Jalan Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa (14/7/2010).


Dia menjelaskan, alasan penetapan posisi arah kiblat ini agar salat umat Islam tidak jauh dari kabah. “Karena posisi Indonesia ada di sebelah timur sedikit ke selatan, maka arah kiblat menghadap barat laut” tegasnya.
Posisi ini, lanjutnya, dipastikan akan berbeda disesuaikan dengan posisi dari orang tersebut tinggal. “Contohnya, arah kiblat di orang di Cirebon akan sedikit berbeda kemiringannya dengan orang yang berada di Kalimantan” paparnya.


Memastikan Arah Qiblat Kita


Untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan amal ibadah dengan ainul yaqin atau paling tidak mendekatinya atau bahkan sampai pada haqqul yaqin, kita perlu berusaha agar arah qiblat yang kita pergunakan mendekati kepada arah yang persis menghadap ke Baitullah. Jika arah tersebut telah ditemukan berdasarkan ijtihad para ulama (MUI) dikuatkan dengan hasil riset ilmu pengetahuan misalnya, maka kita wajib mempergunakan arah tersebut selama belum memperoleh hasil yang lebih teliti lagi.


Banyak sistem penentuan arah qiblat yang dapat dikatagorikan akurat, seperti menentukan azimuth qiblat dengan alat scientific calculator atau dengan alat teknologi yang lebih canggih semacam theodolite dan GPS (global position sistem). Atau bisa juga dengan cara tradisional, yakni melihat bayang-bayang matahari pada waktu tertentu (rashdul qiblat) setelah mengetahui data lintang dan bujur tempat serta mengetahui lintang dan bujur ka’bah (dalam lampiran almanak tahun 2011 yang diterbitkan oleh Perc. Rizquna, Kendal, Karangan Syeh Misbahchul Munir Al-Falakiy [*], metode rashdul qiblat dapat dilakukan pada tanggal, bulan, dan jam-jam tertentu setiap bulan minggu pertama penanggalan masehi. Caranya bikinlah semacam palgul bola, ujungnya ke utara dan selatan, lalu tengah gantungkanlah seutas kabel yang diberi bandul, maka bayangan tadi menuju ke arah ka’bah, pen.).


Bagaimana dengan kompas? Kompas yang selama ini beredar di masyarakat kiranya memang dapat digunakan untuk menentukan arah qiblat namun masih sebatas ancar-ancar yang masih perlu dicek kebenarannya. Karena berbagai model kompas termasuk kompas qiblat masih mempunyai kesalahan yang bervariasi sesuai dengan kondisi tempat (magnetic variation). Apalagi pada daerah yang banyak baja atau besinya, akan mengganggu penunjukkan utara-selatan magnet.


Gedongan yang notabene-nya adalah sebuah pondok pesantren (oase ilmu) mestinya menerapkan salah satu proses penentuan arah kiblat tersebut, baik dilakukan secara modern ataupun dengan cara tradisional. Selain sebagai 'sebuah pembelajaran' bagi para santri yang menimba ilmu di dalamnya, Gedongan --Insya Allah hingga kini-- masih menjadi kiblat (rujukan) bagi desa-desa lain di sekitarnya, atau bagi para alumni santri yang tersebar di penjuru nusantara. Wallahul muwafiq.... (ASF).



[*]
Syeh Misbahchul Munir Al-Falakiy, beliau adalah Pendiri, Pimpinan, dan Pengajar Pondok Pesantren “Markazul Falakiyah”; Lajnah Falakiyah PBNU; dan Guru Besar Ilmu Falak tingkat internasional.

Rabu, 04 Januari 2012

Beberapa Kekeliruan Tahun Masehi


Tahun kalender Masehi diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius Exignus yang dihubung-hubungkan dengan momen kelahiran Yesus Kristus. Karenanya, tahun Masehi yang digunakan sekarang ini disebut juga Anno Domini (tahun Tuhan).

Karena awal tahun kalender Masehi merujuk kepada momen kelahiran Nabi Isa Al-Masih, maka dinamakan tahun Masehi (M) dan tahun Sebelum Masehi (SM). Sedangkan dalam bahasa Inggris --dan dipergunakan secara internasional-- istilah Masehi disebut menggunakan bahasa Latin Anno Domini (AD), dan sebaliknya jaman prasejarah atau Sebelum Masehi disebut sebagai Before Christ (BC) yang berarti tahun sebelum Yesus lahir. Sistem ini mulai dirancang tahun 525.

Selain itu dalam bahasa Inggris juga dikenal sebutan Common Era/CE (Era Umum) dan Before Common Era/BCE (Sebelum Era Umum) bagi orang yang tidak ingin menggunakan nama tahun Kristen.


Penetapan tahun Masehi menyimpan banyak kerancuan

Pertama, dengan pemisahan tahun Sebelum Masehi (tahun sebelum kelahiran Yesus) dan tahun Masehi (tahun sesudah kelahiran Yesus), berarti mereka beranggapan bahwa Yesus lahir pada tahun 0 Masehi. Padahal di dunia ini tidak pernah dikenal tahun 0 Masehi maupun tahun 0 Sebelum Masehi.

Kedua, Kerancuan lainnya seputar tahun Masehi adalah kapan Yesus dilahirkan ke dunia? Ketidakjelasan tanggal kelahiran Yesus, jelas memustahilkan klaim bahwa tahun 1 Masehi didasarkan pada hari kelahiran Yesus.

Ketiga, Dengan logika sederhana, jika misalnya diyakini Yesus lahir tanggal 01 Januari tahun 1 Masehi, mengapa umat Kristen merayakan Natal pada tanggal 25 Desember? Mengapa mereka tidak merayakan Natal pada 01 Januari? Jika ngotot mempertahankan Yesus lahir tanggal 25 Desember, berarti angka penanggalan Masehi di seluruh dunia harus diralat, harus dimajukan 6 hari.

Keempat, penetapan tahun 1 Masehi kontradiktif dengan Bibel (Alkitab), kitab suci kristiani. Bibel mengisahkan bahwa Yesus lahir pada zaman Raja Herodes (Matius 2:1). Padahal sejarah mencatat bahwa Raja Herodes hidup dari tahun 37 SM sampai tahun 4 SM (Kamus Alkitab, hal. 343). Data ini diperkuat oleh sejarawan Yahudi yang bernama Flavius Yosefus, bahwa raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM.

Dengan data ini, jelaslah bahwa tanggal 1 Masehi Yesus belum lahir karena tahun 4 SM Herodes sudah meninggal. Otomatis, berdasarkan ayat Bibel tersebut, Yesus harus lahir selambat-lambatnya tahun 4 SM.

Jika ayat Bibel benar maka umat Kristen harus meralat kalender Masehi di seluruh dunia dengan memajukan empat tahun. Dengan kata lain, menurut Bibel, tahun 2012 ini yang benar adalah tahun 2016. nah, lho....

sumber : ahmad hizbullah/suaramuslim

Senin, 02 Januari 2012

Lembaran Baru 2012

Bismillahirrahmanirrahim,

Membuka lembaran baru di awal tahun 2012, penulis ingin menyoroti “batur dhewek”; group (komunitas) di situs jejaring sosial facebook yang penulis ikuti dan dikelola bersama rekan-rekan (batur) sedaerah. Dengan mengambil moment “tahun baru, semangat baru”, MagarsariPost sebagai official site of “batur dhewek” mencoba memberikan apresiasi atas keberadaan group yang pada bulan Maret 2012 ini memasuki tahun ke-2.

Di tengah gemeruduknya pertumbuhan group-group yang bertebaran di situs jejaring sosial facebook, baik berupa group musiman, group latah-latahan, group organisasi maupun perkumpulan, group penggalangan dukungan atau group yang lainnya, menurut pengamatan penulis (looking by seluler), keberadaan group “batur dhewek” cukup eksis (aktif).

Buktinya, dari sekitar 24 groups di akun facebook yang penulis ikuti, hanya 5-7 group saja yang masih aktif, dan satu diantaranya adalah group “batur dhewek” yang eksis dengan slogannya : “BATUR DHEWEK ngumpul ning kene kih”.

Memang, untuk ukuran heboh-hebohan atau seru-seruan, grup ini belum mencapai itu, karena anggotanya saja --hingga 31 Desember 2011 : 00:00-- belum mencapai 200 peserta (masalah ini, pengurus tidak pasang target, pen.). Meski demikian, group ini tidak pernah kosong dari kunjungan anggotanya. Setiap harinya ada saja yang mampir walau cuma (andon) nongol kemudian kabur lagi, sekedar memberikan jempol sebagai tanda suka (like this) atau tidak sedikit juga yang selalu update status....

Biasanya status yang di-update adalah guyonan seputar kampung halaman, nostalgia tentang masa lalu, saling sapa teman sebaya, share informasi; pekerjaan, tempat tinggal --karena memang anggota group "batur dewek" tersebar di segala penjuru (dalam dan luar negeri), bukan cuma ada di Gedongan sebagai tanah kelahiran--, berbagi berita dan informasi tentang keluarga, dan juga berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Dan yang akhirnya penulis menjadi tergelitik untuk posting Lembaran Baru 2012 ini adalah update status salah seorang anggota group “batur dhewek” berikut ini :

Zekai Alfariz : Pantaskah kta sbgai umat muslim mngucapkn natal?......... Sdangkn kta sbagai umat bragama dtuntut untk saling toleransi antr umat bragama, sbagian ulama mngatakn sah2 ja, coz natal tu cma ulang tahun se yesus, tp sbagian lg mngatakn, jika kta(muslim) mngucapkn slamat natal, tu sama ja kta prcya dgn klahiran yesus, bukankah Islam tu agama yg mngerti & saling mnghargai antar umat bragama?.............
Dari status ini kemudian timbul komentar, yang disambut dengan komentar-komentar lain lagi yang selanjutnya bermunculan banyak komentar, sehingga menjadi sebuah thread dialog terbuka yang lumayan panjang.

Dalam pantauan penulis, inilah thread terpanjang (sebanyak 29 komentar) yang pernah ada di group “batur dhewek” semenjak grup ini didirikan, sehingga tidak berlebihan kalau MagarsariPost menjadikan thread ini sebagai trendsetting of 2011. Fenomena ini mengindikasikan bahwa bila diberi kesempatan atau peluang, sebetulnya para anggota group “batur dhewek” memiliki potensi yang besar dalam perpikir kritis dan taktis.

Selengkapnya tentang status Zekai Alfariz dan komentar-komentar dapat disimak pada thread berikut :

Zekai Alfariz : Pantaskah kta sbgai umat muslim mngucapkn natal?......... Sdangkn kta sbagai umat bragama dtuntut untk saling toleransi antr umat bragama, sbagian ulama mngatakn sah2 ja, coz natal tu cma ulang tahun se yesus, tp sbagian lg mngatakn, jika kta(muslim) mngucapkn slamat natal, tu sama ja kta prcya dgn klahiran yesus, bukankah Islam tu agama yg mngerti & saling mnghargai antar umat bragama?............. | [Suka] · · Berhenti Mengikuti Kiriman · 25 Desember 2011 pukul 15:32 melalui seluler
Status ini disuka oleh : Dela Lathifah MUkhlas, Yusha Chris Banazphati, dan Sule Btpaie Thegenchercommunity Cirebontimoer
  • Ahmad Syifa toleransi berlaku hy urusan muamalah, hbng sosial, bkn mslh aqidah. Mengucapkan "slmat natal" msk dlm ranah aqidah, yg jls hkmnya "haram" mutlaq. krn natal adl mengkui hari lhr yesus sebagai anak tuhan yg dlm aqidah Islam jelas sgt menyimpang | 25 Desember 2011 pukul 19:34 melalui seluler · [Suka · 3]
  • Jawawi Yahdi ‎@Kang Faunk: cocog kang...!!!! meski cuma sekedar ucapan, tapi jero loh... iki masalah aqidah. Bukan masalah toleransi.... | 25 Desember 2011 pukul 21:13 · [Suka]
  • Ahmad Syifa camkan! Magarsari Post: Haramnya Kaum Muslim Ikut Natalan magarsari.blogspot.com | 25 Desember 2011 pukul 22:11 · Suka ·
  • Ade Opanzslankkissme anti poke ch...harm hukme bagi kt..!!tp seandainya kash makann hukume ap kang, .? | 25 Desember 2011 pukul 22:23 melalui seluler · [Suka]
  • Zekai Alfariz Ahmad syifa@ bukankah ucapan tu bkn brrti dri hti, sdangkan kpercyaan tu dri hti, trs pa arti dri sbuah fanatik?......... | 25 Desember 2011 pukul 23:02 melalui seluler · [Suka]
  • Yusha Chris Banazphati Bahkan saya lihat di station Tv(Metro TV) BANSER pun ikut mengamankan jalan'y acara di gereja... itu bagai mmana hukum'y...??? | 25 Desember 2011 pukul 23:53 melalui seluler · [Suka]
  • Jawal Jawil Wongcilik Pengene hukum agama Islam, apa UUD.Pancasila... | 26 Desember 2011 pukul 0:06 melalui seluler · [Suka]
  • Yusha Chris Banazphati ini kan ttg agama mas bro... Klo utk UUD si di bolehkan.. | 26 Desember 2011 pukul 0:12 melalui seluler · [Suka]
  • Jawawi Yahdi ‎@zekai alfariz: Kalau nt mau tahu betapa bukan main-mainnya sebuah ucapan, coba pelajari lagi hukum2 seputar perkawinan. contoe: 1. gara2 ucapan "qobiltu nikahaha...dst..." maka yang sebelumnya haram jadi halal. 2. Gara2 ucapan "wis pegatan bae lah..." jadi pegat. Jadi ada konsekwensi dalam semua ucapan.... | 26 Desember 2011 pukul 6:17 · [Suka · 1]
  • Zekai Alfariz Jawawi@ trs hendak'y pa yg hrus kta lakuin tntng ksragaman & kserasian dlm bragama, bukankah smua tu dri hti & niat dri dlm diri, sdangkn they ja dgn segan mngucapkn met idul fitri, trs balasa salam pa yg hrus kta lakuin sbagai umat muslim?....... | 26 Desember 2011 pukul 6:30 melalui seluler · [Suka]
  • Ahmad Syifa ‎@zekai : tdk ada ucapan/tindakan yg tdk didahului dr hati, kcuali ucapanya org yg ngelindur, tdk dlm keadaan sadar/gila. Dg mengucap brarti kita tlh berpikir, dan pola pikir menohok dlm hati.
    F
    anatik adl tdk bergoyah dg stu kyakinan (istiqomah) dan tdk mencampuradukan 1 kyakinan dg kyakinan lainya. | 26 Desember 2011 pukul 7:18 melalui seluler · [Suka · 1]
  • Ahmad Syifa ‎@Yusha Chris Banazphati : banser NU ikut serta dalam pengamanan natal dlm rangka kemanusiaan, bukan menyepkati kepercayaannya bahwa yesus itu tuhan. melindungi jiwa/nyawa hukumnya wajib karena Islam adl agama rahman-rahim (kasih-sayang), bkn hanya sesama manusia bahkan kpd makhluk lain pun sepereti binatang, Islam mengajarkan untuk mengasihi dan menyayangi.
    Ade Opanzslankkissme : kasih makan kepada siapapun boleh, wong ayam bae, kucing bae, kudu dipakani apa maning menungsa, hehe....
    @Jawal Jawil Wongcilik : urip ning negara sing nglindungi warganya untuk bebas memilih dan melaksanakan agama dan ajarannya sesuai kepercayaan dan keyakinannya, lebih baik (jare kita), daripada negara berasaskan Islam namun Islam hanya digunakan sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan politiknya
    @Zekai Alfariz : itu hanya akal bulus mereka, sok menghadiri hari raya kita dan mengucapkan selamat, berharap bhw kita juga ak berbuat demikian ktk mereka merayakan hari rayanya. hukum ikut/mengucapkan selamat natal adl haram (berdasarkan Fatwa MUI 1981, baca : ), sementara mereka tdk punya dasar membolehkan atau melarang umatnya mengikuti/mengucapkan selamat ketika ada umat lain merayakan hari raya, karena dalam panduan tdk dijelaskan, kitab sucinya belum sempurna. karena itu agama Islam menjadi penyempurna semua agama. di luar Islam tidak berlaku halal-haram, di luar Islam tidak ada musyrik, murtad, kafir. oleh karenanya bereka dapat berbuat sekehendaknya | 26 Desember 2011 pukul 8:25 · [Suka · 2]
  • Ade Opanzslankkissme matur kesuhun sange+ kangge pemaskne..intie ch, bagiku agamku. bgimu agamamu.... | 26 Desember 2011 pukul 8:33 melalui seluler · [Suka · 1]
  • Ahmad Syifa bener pisan. Srowal, klambi bagen digadaikan, dompet ga pa2 dirampas copet, cinta biarkan ada yg meminta, tp aqidah wlw hrs bertaruh nyawa, pantang utk dilepaskan.... | 26 Desember 2011 pukul 8:49 melalui seluler · [Suka]
  • Ade Opanzslankkissme hehe jre wng bngn kah..Islam agmku kabh kblat ku...sok pilih partai ap mnggo kang dsnengi wkwk. | 26 Desember 2011 pukul 8:56 melalui seluler · [Suka]
  • Amienn Mubarokh Trus bagaimana implementasi dri Hambum minan Naas,, bukan kah kita di ajarkan untuk berhubngn baik dengan manusia,, ?trus adakah didalam Al-quran dan alhadist mengenai pelarangan mengucapkan hari besar agama lain? | 26 Desember 2011 pukul 9:11 melalui seluler · [Suka]
  • Jawal Jawil Wongcilik Aja pada luntur aqidaeh .....bagen urip ning kota, Kudu pinter2 nyimak., bagen negarae binggung,,
    hukum'e bingung, wong Islame aja melu bingung....ayo lawan wong yahudi, nasrani, yg ta'pernah puas memecah umat Islam. | 26 Desember 2011 pukul 11:49 melalui seluler · [Suka · 1]
  • Ahmad SyifaAmienn Mubarokh : hablum minan-naas bs diartikan sbg relationship sesama manusia, krn manusia makhluk sosial yg tdk dpt hidup sendiri tanpa perantara orang lain. relationship ini sah2 sj dg siapa pun, semisal hubungan bisnis, pertemanan, pekerjaan dll. bisa saja anda 1 sekolah, sekampus atau sekantor dg org2 non-muslim, bertetangga dan bekerjasama dg mrk tdk masalah asalkan saling menghormati dan tdk mencampuradukan aqidah, Islam tdk melarang itu. Nmn bila sdh bersentuhan dg aqidah/keimanan, Islam tegas : “lakum diinukum waliya diin…” (bagimu agamamu, bagiku agamaku), “lanaa a’maaluna walakum a’maalukum” (urusan ibadahku urusanku, dan urusan ibadahmu urusanmu).
    Rasulullah bersabda (lamon salah dialokaken) : “man tasyabbaha biqawmin, fahuwa minhum”. (artine : sapa wonge melu-meluan kaya golongan sejen, maka deweke wis kepanjing golongan kaum mau) | 27 Desember 2011 pukul 8:10 · [Suka]
  • Ahmad SyifaAmienn Mubarokh : bisa dibayangkan kalo semua org di jakarta beragama Islam, trus siapa yg mo nyetir metro mini kalo lg sholat jumat :) hehe.... (just joke!). justru dg keberagaman kepercayaan dan golongan utk menguji iman dan aqidah kita, apa bs dipegang teguh/tidak | 27 Desember 2011 pukul 8:12 · [Suka]
  • Amienn Mubarokh Trus bagaimna dngn presiden yg beragama Islam dia sebagai pemimpin negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan,, sebagai kepla negara presiden harus ikut dlm peryaan hari besar rakyat nya tanpa pndang agama,, Gus Dur pun pernah menghadiri semua perayaan hari besar agama lain,, dan beliau jg mengucapkan selmat Natal dan agama lain nya,, bahkan saya mendngar entah betul apa tidak bahwa keluarga Gus Dur ikut kebktian di Gereja,, sedangkan anda tau sendri gus Dur adalah anak dari pendiri NU menurt pendapat anda bgaimana? | 27 Desember 2011 pukul 9:50 melalui seluler · [Suka]
  • Jawal Jawil Wongcilik seorang RI : 1, 2, 3 dst baik muslim taw non muslim hrs punya jiwa merangkul, mengayomi, menggebalakan semua pihak, ..jka tdk tentu berakibat pd ketidak stabilan roda pemerintahan kegaduhan, kerusuhan disana sini, diskriminasi, disintegrasi, dsb.... ngerii.com | 27 Desember 2011 pukul 18:09 melalui seluler · [Suka]
  • Jawal Jawil Wongcilik Untuk lebih jelas tanya langsung ke GUS DUR...apa prnh ke greja/baktian... yg saya tau Gus dur tokoh NU, prnh juga di sebut tokoh pluralisme/lintas agama dngn logat humornya yg khas .... gitu aja kok repooot., .hehee | 27 Desember 2011 pukul 18:47 melalui seluler · [Suka]
  • Ade Opanzslankkissme wis wis ...kt kmbli ke ajaran kta masing"\\// | 27 Desember 2011 pukul 19:36 melalui seluler · [Suka]
  • Ahmad SyifaAmienn Mubarokh : nampaknya nt mesti menyimak permasalahannya. nih biar jelas ane co-pas statusnya Zekai Alfariz yaitu : "Pantaskah kta sbgai umat muslim mngucapkn natal?......... Sdangkn kta sbagai umat bragama dtuntut untk saling toleransi antr umat bragama, sbagian ulama mngatakn sah2 ja, coz natal tu cma ulang tahun se yesus, tp sbagian lg mngatakn, jika kta(muslim) mngucapkn slamat natal, tu sama ja kta prcya dgn klahiran yesus, bukankah Islam tu agama yg mngerti & saling mnghargai antar umat bragama?.............", dan berdasarkan fatwa MUI tahun 1981 jawabannya adl "tidak pantas", bahkan HARAM.
    permasalahan nt tentang "bagaimna dngn presiden yg beragama Islam dia sebagai pemimpin negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan,, sebagai kepla negara presiden harus ikut dlm peryaan hari besar rakyat nya tanpa pndang agama,, Gus Dur.... dst." di luar masalah tadi wlw masih berhubungan. masalahan ini sudah dijawab Jawal Jawil Wongcilik : namun ane juga mo nambahin sedikit : sumber hukum Islam adl alquran-hadis, sementara hukum negara diatur ol undang2. Presiden menghadiri acara natalan, nyepi atw lainya dan mengucapkan "selamat" pdh ia orang Islam, itu bagian dari tugas negara utk mengayomi semua rakyatnya yg memliki kepecayaan, adat dan budaya yg homogen. Demi menjaga kestabilan bangsa, seorang presiden bisa/boleh saya melakukan itu asalkan tidak merubah keyakinannya.
    Adapun GusDur, tidak bisa kita menyamakan semua orang seperti beliau. Apa yg dilakukannya kemudian kita ikuti dan kita bs melakukannya. Di negara mana sih, ada seorang yg (maaf) buta tapi bisa memimpin negera?, yg sempurna sj sulit, itu apalagi org yg memiliki kekurangan. Sgt mustahil. Namun itulah kelebihannya GusDur, dan ente bukan GusDur, toh?.
    Lagi pula syariat tidak bisa disandarkan dengan apa yg dilakukan oleh tokoh (tdk GusDur, tdk juga SBY atw Sri Sultan), tapi syariat berpedomankan alquran-hadis. dan ini dikembalikan kpd individu, apk ia mau menjalankan syariat atw mau tetap keukeh dg logikanya? up to you .... | 27 Desember 2011 pukul 22:55 ·
    [Suka · 1]
  • Ahmad Syifa semoga ini dpt menjadi pencerahan : Magarsari Post: Pesan Pluralisme dalam Perayaan Natal | magarsari.blogspot.com | 27 Desember 2011 pukul 23:10 · [Suka · 4]
  • Tha'ievzt Muhammad tuhan kita sama, kiblat kita sama, tujuan shalat sama, yang membedakan adalah cara untuk menuju ke satu titik yaitu Allah,,, llakum dinukum waliadin....wa latatabiu khutuwati saython innahum aduwumubin..... | Jumat pukul 15:17 · [Suka · 1]
  • Ahmad Syifa ‎>>> kiriman sing batur ::

    DIALOG YUSUF VS. JOSEPH
    =======================
    yusuf : bagaimana natalmu?
    joseph : baik, kau tidak mengucapka
    n "selamat natal" padaku?
    yusuf : tidak, agama kami menghargai toleransi antar umat beraagama, termasuk agamamu. tapi masalah ini, agama saya melarangnya.
    joseph : tapi kenapa, bukankah hanya sekedar kata2? teman muslimku yg lain mengucapkannya padaku?
    yusuf : mungkin mereka belum mengetahuianya, joseph. kau bisa mengucapkan "dua kalimat syahadat"?
    joseph : oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya. itu akan mengganggu kepercayaan saya...
    yusuf : kenapa? bukankah itu hanya kata2?! ayo, ucapkanlah :-) ...
    joseph : sekarang, saya mengerti...:-) | Kemarin jam 17:15 · [Suka · 1]
  • Zekai Alfariz Subhanallah, diskusi yg amat mnyenangkn, mnambah wa2san & ilmu, ok! Met tahun bru 2012 smoga g da lg prslisihan antar umat & hdup selaras, serasi & seimbang.
    Thanks 4 kang syifa dkk bwt sgala masukan'y & mau brbagi ilmu....... | 19 jam yang lalu melalui seluler · [Suka · 1]
  • Tha'ievzt Muhammad smoga d thn ini kta smua dpt brbah menjadi yg lbh brmanfaat lg.. | 19 jam yang lalu melalui seluler · [Suka · 1]

Alhamdulillah, mugia ndadekaken berkah.... [ASF]

Wassalam,