“Iya mirip (Sarip). 80 Persen mirip cuma beda pada bagian mulut,” kata Kakak orangtua Syarif, Elang Rasid, saat disodori foto bergambar pelaku bom bunuh diri, di rumah orangtua Muchamad Sarip, Gang Rara Kuning II RT 3 RW 6 nomor 55, Petratean, Kecamatan Pekalipan, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (16/4). Elang mengaku sempat dimintai keterangan oleh polisi.
Kediaman orangtua Sarip sepi. Rumah sederhana itu terletak di perkampungan padat. Rumah bercat merah jambu dan pintu pagar warna coklat itu tampak tertutup. Lampu di teras dibiarkan menyala. Tidak ada penghuni yang beraktivitas. Pelaku jarang bergaul dengan tetangga sekitar. Ia kerap marah-marah kepada orangtuanya.
“Si Sarip itu jarang pulang, berangkat pagi pulang malam. Jarang bergaul dengan tetangga,” kata tetangga Sarip, Enjoh. Menurut dia, Sarip suka marah-marah apabila melihat sang ibunda, Ratu Srimulat, tidak mengenakan jilbab atau kerudung.
“Dia juga marah kalau orang rumah sering nonton TV. Dia sering ngancam aku putus atau aku jual saja,” ujar Enjoh. Sarip lebih suka beribadah di musala di kawasan Kebon Pring. “Dia jarang salat di Musala Al Huda,” kata Enjoh.
Ketua RT 3, Ending, mengaku kurang kenal dengan Sarip. “Saya tidak terlalu kenal, dia jarang bergaul sama warga di sini. Dia berangkat pagi pulang malam,” kata Ending.
Bom Bunuh Diri Diduga Dikendalikan Lewat Remote Control
Bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon diduga dikendalikan oleh sang sutradara tak jauh dari lokasi kejadian. Bom diledakkan saat pelaku sudah berada pada lokasi yang dinilai strategis.
Menurut Mustofa, pelaku sengaja menggunakan bom dengan skala kecil. Sehingga ledakan yang terjadi tidak menghancurkan kepala pengantin bom bunuh diri tersebut.
“Jika memang ingin bunuh diri maupun berniat membunuh banyak korban, mestinya pelaku menggunakan bom besar yang sekaligus bisa menghancurkan tubuh dan kepalanya, agar tidak meninggalkan jejak. Namun, dengan meninggalkan kepala, diduga ada aktor lain yang mengendalikannya,” tutur Mustofa.
Sang sutradara, menurut Mustofa, mencoba memberikan jejak pelaku bom bunuh diri. Kejadian serupa, menurut Mustofa juga terjadi di ledakan bom Jimbaran dan bom Marriot 2.
“Jika memang ingin bunuh diri maupun berniat membunuh banyak korban, mestinya pelaku menggunakan bom besar yang sekaligus bisa menghancurkan tubuh dan kepalanya, agar tidak meninggalkan jejak. Namun, dengan meninggalkan kepala, diduga ada aktor lain yang mengendalikannya,” duganya. [kn/dtk/vv]
courtesy of : K@barNet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar