Jumat, 04 September 2009

Awas! Misionaris Berkedok Pelajaran Sekolah “Trapsila”

Yang penulis sajikan kali ini bukan berita baru, tapi berita lama yang bersumber dari situs http://swaramuslim.net oleh : Fakta, 28 Jan, 07:00 pm dengan judul yang sama; Awas! Misionaris Berkedok Pelajaran Sekolah “Trapsila”. Namun demikian, tidak ada kadaluarsa untuk berita tentang Misionaris dan Kristenisasi di Indonesia, karena sudah jelas-jelas diterangkan oleh Allah swt. dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat yang berbunyi :

ولن ترضى عنك اليهود ولا النّصارى حتّى تتّبع ملّتهم

Orang-orang Yahudi dan Nasrani sekali-kali tidak akan rela kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS. 2 : 120).

Artinya, sampai kapan pun --
hingga kamu mengikuti agama mereka-- orang-orang Yahudi (melalui muslihat dan tipu daya) juga orang-orang Nasrani (melalui tangan-tangan para misionaris) sekali-kali tidak akan (pernah) surut melakukan propaganda sesat dan serangan bertubi-tubi terhadap kaum muslimin di dunia, termasuk di Indonesia.

Berbagai upaya pun terus dilakukan untuk menggoyahkan akidah umat Islam. Di Kota Cirebon, upaya misionaris bahkan menyerang anak-anak muslim yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Bukan dengan kedok bantuan ekonomi ataupun pengobatan gratis, melainkan dengan menyelipkan ayat-ayat Injil ke dalam mata pelajaran "Trapsila" yang diajarkan di sekolah.

TRAPSILA merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal (mulok) yang diajarkan kepada seluruh siswa SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kota Cirebon. Kata Trapsila itu diambil dari Basa Cerbon, ‘Ngetrapke Susila’ yang berarti menerapkan susila. Maksudnya, melalui pelajaran tersebut, para siswa akan diajarkan penerapan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.

Di Jawa Barat, Cirebon --sebagai Kota Wali-- memang satu-satunya kota yang dijadikan pilot project penerapan pelajaran tersebut. Selain digarap oleh Dinas Pendidikan (Disdik) setempat, ‘kelahiran’ mata pelajaran itu pun dibantu pihak asing, dalam hal ini UNICEF. Namun ternyata, materi yang diajarkan dalam pelajaran tersebut terkesan hanya mencampuradukkan berbagai sumber ilmu. Termasuk di dalamnya mengutip pelajaran berbagai agama, diantaranya Islam dan Kristen.


Trapsila Campuraduk Islam-Kristen

Campuraduk itu seperti yang terlihat di halaman 14–16 dari buku pegangan Trapsila. Dalam lembar tersebut, tercantum materi tentang ‘Melakukan Perintah dan Menghindari Larangan sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa’, maupun materi tentang ‘Keselarasan Hidup Untuk Kepentingan Dunia dan Akhirat’. Namun, penjelasan dari kedua topik bahasan tersebut mengambil sumber dari ayat-ayat Injil. Padahal, buku itu juga dibagikan kepada siswa yang beragama Islam, termasuk siswa MTs.

Kenyataan itupun mengundang keresahan para orang tua siswa, ulama, ormas Islam, maupun guru agama yang ada di Kota Cirebon. Mereka khawatir, pelajaran Trapsila akan menimbulkan krisis keimanan bagi anak-anak muslim. Dengan adanya materi dari berbagai agama, maka tidak menutup kemungkinan akan membuat anak-anak memiliki pandangan bahwa semua agama sama.

Semestinya, untuk menanamkan pendidikan budi pekerti kepada para siswa, bisa dilakukan dengan menambah jam pelajaran agama di sekolah. Hal ini akan membuat siswa memiliki kesempatan lebih banyak untuk mempelajari nilai-nilai agama, termasuk di dalamnya budi pekerti, yang tak hanya berlaku bagi siswa muslim semata, namun juga bisa diberlakukan terhadap siswa non muslim.

Pengajaran budi pekerti di sekolah memang diperlukan, namun hal itu tidak dilakukan dengan mencampuradukkan agama. (ASF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar