Minggu, 06 September 2009

Melacak Sejarah Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr

Oleh : Sufriyansyah *)

*****

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr : 1-5).

*****

BULAN RAMADHAN adalah bulan yang memiliki banyak keistimewaan dan tercatat dalam sejarah beberapa peristiwa besar pernah terjadi di bulan ini. Pada bulan Ramadhan, umat Islam yang dipimpin Rasulullah untuk pertama kalinya berperang melawan kafir Quraisy dalam sebuah perang yang disebut Perang Badar.

Dalam perang ini umat Islam berhasil mengalahkan kaum kafir. Demikian juga peristiwa Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah) terjadi di Bulan Ramadhan (Aidh Abdullah Al-Qarni, Renungan di Bulan Ramadhan, 2006 : 121).

Selain dari dua peristiwa tersebut, yang paling besar dan agung adalah peristiwa turunnya Alqur’an (Nuzulul Qur’an) pada sebuah malam yang disebut Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang oleh Alquran digambarkan sebagai “malam yang lebih baik dari seribu bulan”.

Pembicaraan mengenai Nuzulul Qur’an (turunnya Alqur’an) pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan Lailatul Qadr dan Bulan Ramadhan. Hubungan antara tiga hal tersebut diperkuat dengan penjelasan Alqur’an sendiri. “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Alqur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr)”. (QS. Al-Qadr : 1); “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (QS. Ad-Dhukhan : 3). Dan pada ayat lain dijelaskan : “Bulan Ramadhan adalah bulan dimana di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)...” (QS. Al-Baqarah : 185)

Melalui dalil-dalil di atas tidak diragukan bahwa Alqur’an diturunkan pertama kali bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul Qadr. Secara etimologi (harfiyah), Lailatul Qadr terdiri dari dua kata, yakni ‘lail’ atau ‘lailah’ yang berarti malam hari dan ‘qadr’ yang berarti ukuran atau ketetapan. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Quran (2004 : 312-313) memberi tiga arti mengenai kata ‘qadr’, yaitu penetapan, kemuliaan dan sempit.

Menurutnya, secara maknawi ketiga arti kata ‘qadr’ itu semuanya bisa jadi benar. Malam ‘qadr’ atau ketetapan dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia, sebagaimana dikuatkan dalam surah Ad-Dukhan ayat 3. Lailatul Qadr diartikan juga sebagai malam kemuliaan.

Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya karena ia terpilih sebagai malam turunnya Alqur’an. Sementara ‘qadr’ yang berarti sempit, maksudnya bahwa malam tersebut sempit dan sesak karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi. Pada malam itu, malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan bagi Muslim yang terpilih mendapatkan Lailatul Qadr.


Benarkah Nuzulul Qur’an Jatuh Pada Malam 17 Ramadhan?

Peristiwa turunnya Alquran atau sering disebut sebagai Nuzulul Qur’an merupakan hal yang sampai saat ini selalu diperingati oleh sebagian umat Islam di dunia. Di seluruh negara Arab dilakukan tradisi syiar atau menyemarakkan bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan memperingati Lailatul Qadr yang biasanya ini serempak dirayakan oleh umat Islam di seluruh negara Arab pada malam ke-27. (Musthafa Luthfi, Harian Pelita, 01 September 2009).

Sementara itu, dalam memperingati turunnya Alqur’an, di Indonesia dilaksanakan peringatan “Nuzulul Qur’an” pada malam ke-17 Ramadhan. Berbeda dengan umat Islam di Arab, di Indonesia, banyak umat Islam yang menyangka peristiwa Nuzulul Qur’an itu berbeda dengan Lailatul Qadr. Padahal jika dilihat dalam sejarah, kedua hal ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Lantas, mengapa umat Islam Indonesia memperingati turunnya Alqur’an pada malam 17 Ramadhan?

Bila kita melihat catatan kaki dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya versi Depag pada surat ad-Dhukhan ayat 3 di sana ditulis: “Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi [1370] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. Adapun catatan kaki bernomor [1370] di atas diberi penjelasan sebagai berikut: ‘Malam yang diberkahi ialah malam Alqur’an pertama kali diturunkan. Di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.’

Tidak diketahui pasti dari mana sumber yang diambil Tim penterjemah dalam menjelaskan surat ad-Dhukhan ayat 3 tersebut. Namun, berdasarkan catatan kaki di atas agaknya bisa ditemukan salah satu penyebab mengapa Nuzulul Qur’an di Indonesia diperingati pada tanggal 17 Ramadhan.

Selain itu, dalam situs wikipedia dijelaskan bahwa awal diperingatinya Nuzulul Qur’an di Indonesia, yaitu ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Buya Hamka untuk memperingati Nuzulul Qur’an setiap tanggal 17, karena bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia, dan sebagai rasa syukur kemerdekaan Indonesia. Memang, dari dahulu telah ada perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Alqur’an pertama kalinya, yang kemudian diperingati sebagai malam Nuzulul Qur’an.

Rasulullah Saw. pernah mengabarkan tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda: “Carilah malam Lailatul Qadr di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim); dalam Hadis yang lain juga dijelaskan: “Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir” (HR. Bukhori dan Muslim). Berdasarkan hadis di atas, diketahui bahwa Lailatul Qadr terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadhan.

Keterangan bahwa turunnya Alqur’an pada 10 hari terakhir Ramadhan diperkuat oleh Syeikh Safiur Rahman Mubarakpuri, penulis Sirah Nabawiyah. Mubarakpuri dalam buku Cahaya Di Atas Cahaya (2008 : 40) menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu pertama pada malam senin, tanggal 21 Ramadhan (10 Agustus 610 M.).

Menurut kalender yang didasarkan pada perputaran bulan (Qamariyah), saat itu Nabi berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari. Sedangkan menurut kalender Masehi, Nabi berusia 39 tahun 3 bulan 22 hari. Keterangan Mubarakpuri di atas menguatkan pernyataan bahwa Alqur’an pertama sekali turun pada tanggal 21 Ramadhan dan bukan pada tanggal 17 Ramadhan.


Penutup


Berdasarkan berbagai keterangan di atas, Alqur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. pertama kalinya pada malam Lailatul Qadr, yang oleh sumber sejarah dijelaskan bahwa Nabi menerima wahyu pada malam 21 Ramadhan.

Jadi peristiwa Nuzulul Qur’an pertama sekali terjadi pada tanggal 21 Ramadhan, tepatnya pada hari senin, sebab sebagian besar ahli sejarah sepakat bahwa diangkatnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Dalil ini dianggap kuat karena Rasulullah ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab: “Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku” (HR. Muslim).

Peristiwa turunnya Alqur’an (Nuzulul Qur’an) sebagaimana yang biasa diperingati oleh umat Islam Indonesia pada dasarnya tidak dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabatnya dan para tabi’in. Jika pun perayaan Nuzulul Qur’an tetap diperingati dengan niat dan alasan yang baik, hendaknya bukanlah sekadar seremonial belaka, tetapi melalui peringatan tersebut esensi Al-Qur’an sebagai ‘peringatan bagi umat manusia’ dapat membawa bekas dalam diri umat Islam yang memperingatinya.

Sebagaimana Alqur’an menjelaskan: “Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman” (Al-A’raaf : 2).

Wallahu A‘lam

*) Penulis adalah Guru dan Peminat Masalah Sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar