Minta Kiblat Diubah, Sebut SBY Sebagai Pengikut
CIREBON – Cerita tentang turunnya utusan Tuhan di jaman modern ini, tampaknya belum akan usai. Setelah pengakuan sebagai rasul yang dinyatakan Ahmad Mushaddeq yang cukup menghebohkan beberapa tahun lalu, kemudian pengakuan sebagai titisan Jibril yang diproklamirkan Lia Eden, kali ini pengakuan sebagai Isa Almasih putera Maryam ditegaskan seorang warga RT 1 RW 14 Permata Harjamukti, Ivan Santoso (43).
Rabu (29/7) siang, dengaan ditemani ketua RT 1 Edi Junaedi (60), Radar Cirebon (Grup JPNN) mendatangi kediaman Ivan di blok C8 No 18, komplek Permata Harjamukti. Menurut keterangan Edi, Ivan tinggal sendirian setelah beberapa tahun sebelumnya dicerai oleh sang istri yang telah memberinya dua anak.
Jemuran pakaian dalam berjaga di pintu masuk, pagar rumah Ivan. Di kaca tertempel pengumuman dikontrakan dan keterangan penerima zakat (amil zakat). Diberi salam sebanyak dua kali, tuan rumah keluar mengenakan baju koko dan celana pendek. Rambutnya gondrong dengan janggut lebat.
Ivan mempersilahkan kami masuk. Di dinding rumah berjejer aneka kopiah dan kerudung yang masih berbungkus plastik seperti barang dagangan. Sambil melinting rokok klobot, Ivan berkenan berbincang dengan Radar.
Ia mengungkapkan mengapa mau jadi amil zakat, padahal sesuai ketentuan amil zakat mestilah dalam bentuk sebuah lembaga atau kelompok masyarakat, bukan perorangan, ialah karena selama ini konsep amil zakat yang beredar tidak sesuai dengan Alquran.
“Amil zakat di negara ini keliru, karenanya saya ingin buat amil zakat sendiri. Tidak masalah sendirian juga. Amil zakat yang ada sekarang tidak sesuai dengan tuntunan Alquran, masa zakat hanya 2,5 persen dipukul rata baik buat yang kaya maupun miskin, kan tidak begitu,” katanya.
Setelah terlihat merasa nyaman mau berbicara dalam suasana hangat, Radar kemudian menyinggung foto diri Ivan yang dibawahnya diberi keterangan Isa Almasih putera Maryam. Tanpa basa-basi, Ivan menegaskan bila dirinya memang Isa Almasih yang diutus Tuhan untuk membuktikan kebenaran bila umat manusia harus mengikutinya.
“Saya ini memang Isa Almasih putera Maryam, bahkan sejak bayi saya sudah bisa berbicara pada siapapun. Ruh saya adalah kudus, suci. Kalau ternyata ada kesalahan yang saya perbuat, maka sejatinya itu bukan dari dalam diri saya, tapi akibat kesalahan manusia-manusia jahat yang ada disekeliling saya,” terangnya.
Ivan mengisahkan bila ia lahir antara tahun 1966-1977 di puncak pegunungan Himalaya. Beranjak dewasa ia mengaku diangkat Tuhan untuk bertugas di langit membantu kebutuhan bumi. “Karena itu, saya selalu dekat dengan Jibril dan Mikail,” selorohnya.
Setelah cukup tinggal di langit, tutur Ivan, beberapa tahun lalu dirinya ditanya oleh Tuhan apakah mau tinggal di bumi dan ia pun menyanggupi. Ivan mengaku turun ke bumi sempat tinggal di Cina, Jepang, Korea, Eropa dan akhirnya terbang ke Cirebon.
Ditanya apakah selama ini sebagai yang merasa utusan Tuhan memiliki pengikut, dengan raut sedih Ivan menyebutkan pengikutnya banyak termasuk presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hanya saja, ungkapnya, seiring waktu semua pengikut banyak yang tidak setia hingga akhirnya khianat.
“Saya akan tetap berdakwah sebagai Isa Almasih. Harusnya semua orang mengakui saya, saya adalah Isa Almasih,” tegas Ivan menutup pembicaraan.
Menurut keterangan Edi, Ivan tinggal di Permata sejak 1999. Beberapa tahun terakhir Ivan mempelajari buku kajian pendalaman agama tanpa seorang guru. Entah kenapa sejak saat itu perilakunya mulai aneh.
“Ivan kerap mengurung diri dalam rumah. Kalaupun berinteraksi dengan tetangga, ia selalu berbicara mengatasnamakan utusan Tuhan. Bahkan sikapnya yang aneh ditunjukan dengan menyatakan kalau kiblat di masjid lingkungan kami salah dan mesti diubah,” ucapnya.
Edi menerangkan ulah keseharian Ivan sejauh ini dari tetanga dekatnya, cukup meresahkan. Diantaranya bila seharian dirumah, Ivan selalu menyetel murottal Alquran dengan volume keras mulai pagi ke pagi lagi.
“Warga kami sudah menilai Ivan kurang waras, jadi ngomongnya ngelantur kemana-mana. Memang dalam berkomunikasi ia masih lancar saja, tapi yang dibicarakan tidak jelas. Saya kira Ivan stres karena dicerai istrinya yang tidak tahan hidup bersama dia,” tandasnya.
Disinggung apakah ada rencana warga memberi tindakan atas kelakuan Ivan yang telah meresahkan tersebut, Edi enggan berkomentar lebih lanjut.(ron/Radar Cirebon/JPNN)
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=26793
Jumat, 31 Juli 2009
Selasa, 28 Juli 2009
Meraih Keutamaan di Bulan Sya'ban
I F T I T A H
SYA’BAN adalah nama bulan ke 8 kalender Hijriyah. Dinamakan Sya’ban karena bangsa Arab pada bulan tersebut yatasya’abun (berpencar) untuk mencari sumber air, juga tasya’ub (berpisah-pisah/terpencar) di gua-gua. Dan dikatakan demikian juga karena bulan tersebut sya’aba (muncul) di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan, jamaknya adalah Sya’abanaat dan Sya’aabiin. Orang Jawa menyebut bulan Sya’ban dengan sebutan "Ruwah" (dari kata arwah) yang merupakan jamak dari "ruuhun" (ruh/roh), sehingga bulan ini oleh sebagai orang dijadikan sebagai bulan untuk mengenang (ruh) para leluhur yang sudah meninggal.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Rasulullah saw bersabda:
“…Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”(Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika bulan Sya’ban tiba Ali Zainal Abidin (sa) mengumpulkan para sahabatnya kemudian berkata: “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kamu bulan apakah ini? Bulan ini adalah bulan Sya’ban, Nabi saw bersabda: ‘Bulan Sya’ban adalah bulanku, berpuasalah kamu di bulan ini karena cinta kepada Nabimu dan mendekatkan diri kepada Tuhanmu’. Aku bersumpah, demi Zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku mendengar ayahku Al-Husein (sa) berkata: ‘Aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) berkata: ‘Barangsiapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta kepada Rasulullah saw dan mendekatkan diri kepada Allah, Dia mendekatkannya pada kemuliaan-Nya pada hari kiamat dan mewajibkan baginya surga’.” (Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari, maka wajib baginya surga. Barangsiapa yang dua hari, maka ia akan menjadi sahabat para nabi dan shiddiqin pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa penuh satu bulan dan bersambung dengan bulan Ramadhan, maka dosa-dosa diampuni, dosa kecil maupun dosa besarnya walaupun ia berasal dari darah haram.”
Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dari ayahnya dari bapak-bapaknya dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa).
Puasa, Amaliah di Bulan Sya'ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban". Nabi saw. bersabda :
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta Al-am. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan". (HR. An Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika bulan ini diapit oleh dua bulan yang agung --bulan haram dan bulan puasa-- manusia sibuk dengan kedua bulan tersebut sehingga lalai dari bulan Sya’ban. Dan banyak di antara manusia mengganggap bahwa puasa Rajab lebih utama dari puasa Sya’ban karena Rajab merupakan bulan haram, padahal tidak demikian. Bahkan Nabi saw. sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Dawud dia berkata : “Bulan yang paling dicintai Rasulullah untuk berpuasa padanya adalah Sya’ban kemudian beliau sambung dengan Ramadhan”. Dishahihkan oleh Al-Albani.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah saw. biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah saw. berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban". (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi saw. tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi saw. biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara rahasia kenapa Nabi saw. banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban.
Hikmah Puasa Sya’ban
Pertama; Nabi saw. biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya'ban. Jadi apabila memasuki bulan Sya'ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho'nya ketika itu, sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan;
Kedua; Dikatakan bahwa istri-istri beliau membayar hutang puasa Ramadhannya pada bulan Sya’ban sehingga beliaupun ikut berpuasa karenanya.
Ketiga; Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. Dan oleh karena Sya’ban itu merupakan pendahuluan bagi Ramadhan maka di sana ada pula amalan-amalan yang ada pada bulan Ramadhan seperti puasa, membaca Al-Qur’an, dan shadaqah.
Berkata Salamah bin Suhail : “Telah dikatakan bahwa bulan Sya’ban itu merupakan bulannya para qurra’ (pembaca Al-Qur’an)”. Dan adalah Habib bin Abi Tsabit apabila masuk bulan Sya’ban dia berkata : “Inilah bulannya para qurra’”. Dan ‘Amr bin Qais Al--Mula’i apabila masuk bulan Sya’ban dia menutup tokonya dan meluangkan waktu (khusus) untuk membaca Al-Qur’an.
I H T I T A M
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya". (HR. Bukhari). (ASF/dari berbagai sumber)
SYA’BAN adalah nama bulan ke 8 kalender Hijriyah. Dinamakan Sya’ban karena bangsa Arab pada bulan tersebut yatasya’abun (berpencar) untuk mencari sumber air, juga tasya’ub (berpisah-pisah/terpencar) di gua-gua. Dan dikatakan demikian juga karena bulan tersebut sya’aba (muncul) di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan, jamaknya adalah Sya’abanaat dan Sya’aabiin. Orang Jawa menyebut bulan Sya’ban dengan sebutan "Ruwah" (dari kata arwah) yang merupakan jamak dari "ruuhun" (ruh/roh), sehingga bulan ini oleh sebagai orang dijadikan sebagai bulan untuk mengenang (ruh) para leluhur yang sudah meninggal.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Rasulullah saw bersabda:
“…Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”(Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika bulan Sya’ban tiba Ali Zainal Abidin (sa) mengumpulkan para sahabatnya kemudian berkata: “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kamu bulan apakah ini? Bulan ini adalah bulan Sya’ban, Nabi saw bersabda: ‘Bulan Sya’ban adalah bulanku, berpuasalah kamu di bulan ini karena cinta kepada Nabimu dan mendekatkan diri kepada Tuhanmu’. Aku bersumpah, demi Zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku mendengar ayahku Al-Husein (sa) berkata: ‘Aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) berkata: ‘Barangsiapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta kepada Rasulullah saw dan mendekatkan diri kepada Allah, Dia mendekatkannya pada kemuliaan-Nya pada hari kiamat dan mewajibkan baginya surga’.” (Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari, maka wajib baginya surga. Barangsiapa yang dua hari, maka ia akan menjadi sahabat para nabi dan shiddiqin pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa penuh satu bulan dan bersambung dengan bulan Ramadhan, maka dosa-dosa diampuni, dosa kecil maupun dosa besarnya walaupun ia berasal dari darah haram.”
Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dari ayahnya dari bapak-bapaknya dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa).
Puasa, Amaliah di Bulan Sya'ban
Dari Usamah bin Zaid, beliau berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di bulan Sya’ban". Nabi saw. bersabda :
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta Al-am. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan". (HR. An Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika bulan ini diapit oleh dua bulan yang agung --bulan haram dan bulan puasa-- manusia sibuk dengan kedua bulan tersebut sehingga lalai dari bulan Sya’ban. Dan banyak di antara manusia mengganggap bahwa puasa Rajab lebih utama dari puasa Sya’ban karena Rajab merupakan bulan haram, padahal tidak demikian. Bahkan Nabi saw. sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Dawud dia berkata : “Bulan yang paling dicintai Rasulullah untuk berpuasa padanya adalah Sya’ban kemudian beliau sambung dengan Ramadhan”. Dishahihkan oleh Al-Albani.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah saw. biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah saw. berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban". (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Nabi saw. tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi saw. biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara rahasia kenapa Nabi saw. banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban.
Hikmah Puasa Sya’ban
Pertama; Nabi saw. biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau mengumpulkannya pada bulan Sya'ban. Jadi apabila memasuki bulan Sya'ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho'nya ketika itu, sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan Ramadhan;
Kedua; Dikatakan bahwa istri-istri beliau membayar hutang puasa Ramadhannya pada bulan Sya’ban sehingga beliaupun ikut berpuasa karenanya.
Ketiga; Puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan. Dan oleh karena Sya’ban itu merupakan pendahuluan bagi Ramadhan maka di sana ada pula amalan-amalan yang ada pada bulan Ramadhan seperti puasa, membaca Al-Qur’an, dan shadaqah.
Berkata Salamah bin Suhail : “Telah dikatakan bahwa bulan Sya’ban itu merupakan bulannya para qurra’ (pembaca Al-Qur’an)”. Dan adalah Habib bin Abi Tsabit apabila masuk bulan Sya’ban dia berkata : “Inilah bulannya para qurra’”. Dan ‘Amr bin Qais Al--Mula’i apabila masuk bulan Sya’ban dia menutup tokonya dan meluangkan waktu (khusus) untuk membaca Al-Qur’an.
I H T I T A M
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya". (HR. Bukhari). (ASF/dari berbagai sumber)
Sabtu, 25 Juli 2009
Dinkes Cirebon Waspada Flu Babi
Berita Antara - Selasa, Juli 14
Cirebon (ANTARA) - Dinas Kesehatan Cirebon menyatakan waspada terhadap flu babi H1N1 dengan menyiagakan rumah sakit dan Puskesmas yang ada di kota berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa tersebut.
"Kami sudah siapkan semua Puskesmas dan RSUD Gunungjati apabila sewaktu-waktu ada kasus H1N1," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon dr. Kaptiningsih kepada wartawan di Cirebon, Selasa.
Sebagai persiapan terhadap kemungkinan warga terserang H1N1, pihaknya sudah membagikan tamiflu sebanyak 5.000 tablet yang dibagikan rata ke 21 Puskesmas di Kota Cirebon.
Sementara tamiflu yang sudah kedaluarsa yang sebelumnya dipersiapkan untuk mengantisipasi penderita flu burung ditarik dari Puskesmas, katanya.
Ia menyebutkan ada warga Cirebon yang terkena suspeck H1N1, yakni atas nama AF seorang mahasiswa di Bandung ketika berada di Malaysia.
"Mahasiswa tersebut sedang mengikuti seminar di Malaysia, lalu terkena suspeck H1N1 dan dikarantina disana. AF sudah pulang dari Malaysia dan sudah sembuh. Jadi bukan terkena di Cirebon," tambahnya.
Dikakatakannya, N1N1 tampaknya menyerang kepada orang yang kondisinya tubuhnya lemah dan pola hidup kurang bersih.
Karena itu, masyarakat perlu membiasakan hidup bersih."Kalau terjadi flu jangan dianggap sepele dan harus lebih cepat dibawa ke Puskesmas terdekat", katanya.
Namun demikian, ia menyarankan masyarakat agar tidak cemas berlebihan karena penyakit tersebut bisa disembuhkan. "Lagipula penykit itu untuk sementara ini masih lebih ringan dari flu burung," tambahnya.
Rabu, 22 Juli 2009
Rajaban
Banyak ragam manusia mengenang suatu perayaan atau kejadian penting dalam hidupnya, salah satunya --dalam tradisi wong magarsari-- adalah dengan mengadakan 'srakalan'.
SRAKALAN adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Arab "Asyraqa" --lengkapnya Asyraqal-Badru Alainaa yang arti bebasnya : "telah hadir Rembulan di tengah-tengah kita"--. Kalimat ini menjadi bacaan pembuka ketika para Jamaah Dibaiyyah berdiri (mahallul qiyaam) dalam melantunkan kidung berjanji (Maulid Al-Barzanji). Hal ini merupakan wujud ekspresi ta'dzim yang berkaitan erat dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah.
Srakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional yang mengkombinasikan syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau "debaan" (Maulid Ad-Diba'iy)
Di Pesantren Gedongan, Srakalan menjadi sebuah ritual keagamaan yang diadakan pada moment-moment penting, seperti dalam upacara Puputan/Walimatul-Aqiqah (sedekah potong kambing sekaligus pemberian nama terhadap bayi yang baru lahir), Muludan serta Rajaban. Selain itu, ada juga srakalan yang diiringi dengan Tabuh Genjring (berirama Pak-apak ibing-ibing) yang biasanya diselenggarakan pada acara Ngarak Penganten, Ngarak Bocah Sunat hingga menjelang anak disunat, ritual Mudun Lemah (injak bumi), dan kadangkala pada resepsi penyambutan tamu. Namun, srakalan yang lazim dan rutin dilaksanakan dalam setiap tahun yaitu Muludan dan Rajaban.
SRAKALAN MULUDAN diadakan untuk memperingati hari kelahiran nabi saw. yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal (bulan ke-3 penanggalan Hijriyah). Kata mulud sendiri berasal dari kata maulid (bahasa Arab) yang artinya "kelahiran". Sedangkan SRAKALAN RAJABAN dilakukan untuk mengenang Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad saw. pada tanggal 27 Rajab, yakni peristiwa perjalanan (malam) Nabi Muhammad saw. dari Masjidil-Haram Makkah menuju Masjidil-Aqsha Palestina dengan tunggangan seekor Buraq (Makhluk Allah yang kecepatannya mengungguli kecepatan rambat cahaya, dan setiap langkahnya sejauh mata memandang) kemudian diteruskan perjalanan dari Masjid al-Aqsha menuju Mustawan, melalui tujuh planet (perjalanan inter planet).
Yang unik dari upacara srakalan adalah adanya tradisi ngalap berkah (tabarukan). Sebelum acara dimulai, biasanya anggota masyarakat magarsari datang berduyun-duyun menuju Masjid Baitus-Su'ada Gedongan --tempat upacara dipusatkan-- dengan membawa aneka perabot serta benda pusaka yang dimilikinya untuk disrakal. Barang yang disrakal dapat berupa apa saja mulai dari panci, baskom hingga sendok-garpu; atau benda tajam seperti lading, arit, cengkrong, bendo, sampai pacul dan bancong; tidak ketinggalan benih padi, jagung dan cabe, serta benih kacang ijo dan kacang tunggak dengan wadah gendhul. Bagi kaum pelajar atau santri, kitab-kitab dan buku-buku serta alat tulis juga ikut disrakal; baju seragam, topi, sorban, sajadah, hingga sepatu-sandal juga ada, dan yang utama tentunya adalah air putih dengan wadah berbagai bentuk dan ukuran. Perabot dan aneka pusaka yang akan disrakal tersebut disusun dan ditata sendiri oleh pemiliknya di loby utama masjid hingga menyerupai "Bazaar Lelang".
Malam Bertabur Shalawat
Inti acara srakalan adalah melantunkan bait-bait shalawat kepada nabi saw., kemudian disusul dengan pembacaan Maulid Al-Barzanji.
MAULID AL-BARZANJI adalah karya sastra yang ditulis pada abad ke-18 oleh seorang qadi bernama Syekh al-Barzanji. Pada awalnya syair tersebut berbentuk prosa, kemudian para penyair menyadurnya menjadi puisi-puisi indah yang berisi tentang kisah-kisah (qissah) perjalanan Rasulullah dalam memperjuangkan ajaran tauhid (Sirrah Nubuwah). Di antara qissah tersebut adalah ketika Rasulullah hijrah dari Makkah dan disambut meriah oleh kaum Anshar di Madinah dengan syair-syair pujian. Inilah yang menjadi cikal bakal Srakalan yang diapresiasikan dengan cantik oleh Sunan Muria, salah seorang Walisanga.
Karena berupa syair (nadzm), Al-Barzanji dibaca sambil dilantunkan dengan nada serta irama yang khas. Oleh karenanya, pembaca Al-Barzanji (disebut qari') biasanya ditugaskan pada beberapa orang yang memiliki nada suara merdu, mereka akan bergiliran melantukan satu atau dua qissah hingga selesai. Sementara itu jamaah lainnya menyimak dan mendengarkan bacaan sambil menyahuti dan berseru : "Allah!, Allaaah......!" setiap kali akhir bait dibaca. Bila telah selesai pembacaan satu qissah, seluruh jamaah secara koor berkumandang : "Allahumma Shalli Wasallim Wabaarik Alaiiih ...... " demikian juga bila kata Muhammad disebutkan, koor serupa namun lebih pendek juga dikumandangkan : "Allahumma Shalli Alaiiih ...... ", sehingga gema shalawat seakan bertaburan malam itu. Begitu dan begitu sampai seluruh qissah dalam kitab Al-Barzanji selesai (hatam) dibaca, yang disudahi dengan pembacaan do'a bersama.
Setelah ritual usai, acara dilanjutkan dengan mauidzah khasanah, yang dikemas dalam bentuk "Pengajian Umum". Biasanya acara ini digelar di serambi masjid bagian muka. Namun sayangnya, acara yang mestinya menjadi ajang pengkajian terhadap sirrah nubuwwah ini hanya bersifat optional, artinya "bisa diadakan atau tidak diadakan sama sekali", tergantung dari kesiapan panitianya. Lebih disayangkan lagi karena sesi ini tidak lebih menarik dari sesi yang menjadi pamungkasnya acara yaitu pembagian "berkat", dimana warga --baik yang mengikuti srakalan maupun tidak, yang di dalam masjid maupun di luar-- sangat antusias untuk mendapatkannya.
BERKAT yang diserap dari kata "Barokah" adalah sajian hantaran yang diterima setelah orang pulang dari selamatan atau kenduren berupa nasi takir dengan ragam lawuhan di dalamnya. Di Gedongan, berkat pada umumnya berisi satu paket nasi putih plus kombinasi beberapa jenis lawuhan khas, antara lain : jangan sabrang, sambel goreng kentang, masak mie, oseng-oseng kacang, oreg tempe, acar ikan atau ikan asin, telor rebus, ayam goreng, daging kambing atau sapi yang disemur serta kerupuk udang atau mirong. Berkat juga dilengkapi dengan beberapa jajanan dan buah-buahan berupa wajik, lapis, poci, bogis, salak, jeruk, pisang ambon, dan lain-lain. Nasi berkat berikut kombinasi lawuhan, jajanan dan buah-buahan diletakkan dalam wadah sangku, cething atau baskom plastik, lalu dibungkus plastik kresek.
Berkat yang dibagikan pada malam Srakalan Muludan maupun Rajaban, merupakan berkat yang dihimpun dari warga Pesantren Gedongan yang --dengan kesadarannya sendiri-- setiap penghuni rumah membuat 5 hingga 10 besek berkat. Hal ini sudah menjadi niat tulus warga untuk bersedekah dan berbagi kepada mereka yang datang menghadiri acara srakalan, yang bukan saja warga dan santri Gedongan, tapi juga sebagian warga sekitar seperti blok Bangbango dan Rakit. Namun anehnya, walaupun dilurug oleh banyak pendatang mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, persediaan berkat tidak pernah kekurangan. Mungkin inilah manifestasi konkrit daripada "berkah" serta hikmah dari Srakalan di Gedongan.
Hikmah Srakalan
Menggali hikmah srakalan dapat ditemui pada hikmah shalawatan, karena pada hakikatnya srakalan adalah pengejawantahan dari shalawat kepada Baginda Nabi saw.
Pada bait pertama lembar awal Kitab Al-Barzanji termaktub kutipan :
الجنة ونعيمها سعد لمن يصلّى ويسلّم ويبارك عليه
"Swarga dan segala nikmat yang ada di dalamnya merupakan pelipur bagi mereka yang gemar memanjatkan shalawat serta salam dan berkat kepada nabi Muhammad"
Hal ini tidak berlebihan, mengingat dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzaab Ayat 56 disebutkan bahwa : “Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (33:56)
Kalau Allah beserta para malaikat-Nya (saja) ber(seru)shalawat untuk Nabi, (apalagi kita yang mengaku sebagai umatnya, yang memang jelas-jelas diperintahkan) Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Betapa agung dan mulianya shalawat nabi, sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang merugi dan dikatakan bakhil apabila disebut nama "Muhammad" sementara kita tidak bershalawat kepadanya. Sebagaimana yang tertulis dalam dua buah hadits berikut :
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda : “Sungguh merugi seseorang yang disebutkan diriku disisinya namun tidak bershalawat atasku” (HR. At-Tirmidzi, berkata al-Albani hasan shahih)
Dari Husain ra., dari Nabi saw bersabda : “Orang bakhil adalah orang yang diriku disebut di sisinya namun tidak bershalawat kepadaku” (HR. An-Nasai di shahihkan oleh Al-Albani)
Bukan cuma itu, shalawat juga sebagai washilah (sarana) atas do'a yang kita panjatkan ke hadirat Allah swt.
Dari Aliz ia berkata, “Setiap do’a terhalang, sehingga diucapkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad” (Riwayat ath-Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani dengan hadits yang lain).
Faidah Shalawat atas Nabi Muhammad saw.
Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Jala’ul Afham” menyebutkan kurang lebih empat puluh faidah bershalawat atas Nabi saw, di antara yang dapat disebutkan di sini antara lain :
1. Orang yang mengucapkan satu shalawat kepada Nabi saw. akan mendapatkan sepuluh shalawat dari Allah swt. Ia akan diangkat sebanyak sepuluh derajat, ditulis untuknya sepuluh kebaikan dan dihapuskan darinya sepuluh keburukan;
2. Shalawat menjadi penyebab untuk mendapatkan syafa’at, dan diampuninya dosa-dosa;
3. Shalawat merupakan sebab Allah memberikan kecukupan bagi kebutuhan seorang hamba;
4. Shalawat disejajarkan dengan shadaqah kepada orang yang kesusahan, dan merupakan salah satu sebab terpenuhinya hajat;
5. Dengan bershalawat kepada Nabi saw, maka Allah dan para malaikat juga akan bershalawat terhadapnya;
6. Shalawat menjadi sebab terbebasnya seseorang dari huru-hara pada Hari Kiamat;
7. Shalawat merupakan penyebab untuk keberkahan terhadap diri, amal dan umur orang yang mengucapkannya;
8. Juga menjadikan penyebab untuk mendapatkan Rahmat dari Allah.
9. Shalawat dapat menjadikan seseorang terus-menerus mencintai Rasulullah dan bahkan akan selalu bertambah cintanya;
10. Ia akan menjadikan seorang hamba mendapatkan hidayah dan menghidupkan hati.
Dan di bulan rajab ini, bershalawat kepada nabi saw akan mendapatkan point plus, sebagaimana dawuh nabi saw yang berbunyi :
Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s : "Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?". Maka berkata Jibril a.s : "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau di bulan Rajab ini"
"Allahumma Shalli Wasallim Wabaarik Alaiiih ...... " (ASF)
SRAKALAN adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Arab "Asyraqa" --lengkapnya Asyraqal-Badru Alainaa yang arti bebasnya : "telah hadir Rembulan di tengah-tengah kita"--. Kalimat ini menjadi bacaan pembuka ketika para Jamaah Dibaiyyah berdiri (mahallul qiyaam) dalam melantunkan kidung berjanji (Maulid Al-Barzanji). Hal ini merupakan wujud ekspresi ta'dzim yang berkaitan erat dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah.
Srakalan merupakan ritual keagamaan Islam tradisional yang mengkombinasikan syair-syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau "debaan" (Maulid Ad-Diba'iy)
Di Pesantren Gedongan, Srakalan menjadi sebuah ritual keagamaan yang diadakan pada moment-moment penting, seperti dalam upacara Puputan/Walimatul-Aqiqah (sedekah potong kambing sekaligus pemberian nama terhadap bayi yang baru lahir), Muludan serta Rajaban. Selain itu, ada juga srakalan yang diiringi dengan Tabuh Genjring (berirama Pak-apak ibing-ibing) yang biasanya diselenggarakan pada acara Ngarak Penganten, Ngarak Bocah Sunat hingga menjelang anak disunat, ritual Mudun Lemah (injak bumi), dan kadangkala pada resepsi penyambutan tamu. Namun, srakalan yang lazim dan rutin dilaksanakan dalam setiap tahun yaitu Muludan dan Rajaban.
SRAKALAN MULUDAN diadakan untuk memperingati hari kelahiran nabi saw. yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awwal (bulan ke-3 penanggalan Hijriyah). Kata mulud sendiri berasal dari kata maulid (bahasa Arab) yang artinya "kelahiran". Sedangkan SRAKALAN RAJABAN dilakukan untuk mengenang Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad saw. pada tanggal 27 Rajab, yakni peristiwa perjalanan (malam) Nabi Muhammad saw. dari Masjidil-Haram Makkah menuju Masjidil-Aqsha Palestina dengan tunggangan seekor Buraq (Makhluk Allah yang kecepatannya mengungguli kecepatan rambat cahaya, dan setiap langkahnya sejauh mata memandang) kemudian diteruskan perjalanan dari Masjid al-Aqsha menuju Mustawan, melalui tujuh planet (perjalanan inter planet).
Yang unik dari upacara srakalan adalah adanya tradisi ngalap berkah (tabarukan). Sebelum acara dimulai, biasanya anggota masyarakat magarsari datang berduyun-duyun menuju Masjid Baitus-Su'ada Gedongan --tempat upacara dipusatkan-- dengan membawa aneka perabot serta benda pusaka yang dimilikinya untuk disrakal. Barang yang disrakal dapat berupa apa saja mulai dari panci, baskom hingga sendok-garpu; atau benda tajam seperti lading, arit, cengkrong, bendo, sampai pacul dan bancong; tidak ketinggalan benih padi, jagung dan cabe, serta benih kacang ijo dan kacang tunggak dengan wadah gendhul. Bagi kaum pelajar atau santri, kitab-kitab dan buku-buku serta alat tulis juga ikut disrakal; baju seragam, topi, sorban, sajadah, hingga sepatu-sandal juga ada, dan yang utama tentunya adalah air putih dengan wadah berbagai bentuk dan ukuran. Perabot dan aneka pusaka yang akan disrakal tersebut disusun dan ditata sendiri oleh pemiliknya di loby utama masjid hingga menyerupai "Bazaar Lelang".
Malam Bertabur Shalawat
Inti acara srakalan adalah melantunkan bait-bait shalawat kepada nabi saw., kemudian disusul dengan pembacaan Maulid Al-Barzanji.
MAULID AL-BARZANJI adalah karya sastra yang ditulis pada abad ke-18 oleh seorang qadi bernama Syekh al-Barzanji. Pada awalnya syair tersebut berbentuk prosa, kemudian para penyair menyadurnya menjadi puisi-puisi indah yang berisi tentang kisah-kisah (qissah) perjalanan Rasulullah dalam memperjuangkan ajaran tauhid (Sirrah Nubuwah). Di antara qissah tersebut adalah ketika Rasulullah hijrah dari Makkah dan disambut meriah oleh kaum Anshar di Madinah dengan syair-syair pujian. Inilah yang menjadi cikal bakal Srakalan yang diapresiasikan dengan cantik oleh Sunan Muria, salah seorang Walisanga.
Karena berupa syair (nadzm), Al-Barzanji dibaca sambil dilantunkan dengan nada serta irama yang khas. Oleh karenanya, pembaca Al-Barzanji (disebut qari') biasanya ditugaskan pada beberapa orang yang memiliki nada suara merdu, mereka akan bergiliran melantukan satu atau dua qissah hingga selesai. Sementara itu jamaah lainnya menyimak dan mendengarkan bacaan sambil menyahuti dan berseru : "Allah!, Allaaah......!" setiap kali akhir bait dibaca. Bila telah selesai pembacaan satu qissah, seluruh jamaah secara koor berkumandang : "Allahumma Shalli Wasallim Wabaarik Alaiiih ...... " demikian juga bila kata Muhammad disebutkan, koor serupa namun lebih pendek juga dikumandangkan : "Allahumma Shalli Alaiiih ...... ", sehingga gema shalawat seakan bertaburan malam itu. Begitu dan begitu sampai seluruh qissah dalam kitab Al-Barzanji selesai (hatam) dibaca, yang disudahi dengan pembacaan do'a bersama.
Setelah ritual usai, acara dilanjutkan dengan mauidzah khasanah, yang dikemas dalam bentuk "Pengajian Umum". Biasanya acara ini digelar di serambi masjid bagian muka. Namun sayangnya, acara yang mestinya menjadi ajang pengkajian terhadap sirrah nubuwwah ini hanya bersifat optional, artinya "bisa diadakan atau tidak diadakan sama sekali", tergantung dari kesiapan panitianya. Lebih disayangkan lagi karena sesi ini tidak lebih menarik dari sesi yang menjadi pamungkasnya acara yaitu pembagian "berkat", dimana warga --baik yang mengikuti srakalan maupun tidak, yang di dalam masjid maupun di luar-- sangat antusias untuk mendapatkannya.
BERKAT yang diserap dari kata "Barokah" adalah sajian hantaran yang diterima setelah orang pulang dari selamatan atau kenduren berupa nasi takir dengan ragam lawuhan di dalamnya. Di Gedongan, berkat pada umumnya berisi satu paket nasi putih plus kombinasi beberapa jenis lawuhan khas, antara lain : jangan sabrang, sambel goreng kentang, masak mie, oseng-oseng kacang, oreg tempe, acar ikan atau ikan asin, telor rebus, ayam goreng, daging kambing atau sapi yang disemur serta kerupuk udang atau mirong. Berkat juga dilengkapi dengan beberapa jajanan dan buah-buahan berupa wajik, lapis, poci, bogis, salak, jeruk, pisang ambon, dan lain-lain. Nasi berkat berikut kombinasi lawuhan, jajanan dan buah-buahan diletakkan dalam wadah sangku, cething atau baskom plastik, lalu dibungkus plastik kresek.
Berkat yang dibagikan pada malam Srakalan Muludan maupun Rajaban, merupakan berkat yang dihimpun dari warga Pesantren Gedongan yang --dengan kesadarannya sendiri-- setiap penghuni rumah membuat 5 hingga 10 besek berkat. Hal ini sudah menjadi niat tulus warga untuk bersedekah dan berbagi kepada mereka yang datang menghadiri acara srakalan, yang bukan saja warga dan santri Gedongan, tapi juga sebagian warga sekitar seperti blok Bangbango dan Rakit. Namun anehnya, walaupun dilurug oleh banyak pendatang mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, persediaan berkat tidak pernah kekurangan. Mungkin inilah manifestasi konkrit daripada "berkah" serta hikmah dari Srakalan di Gedongan.
Hikmah Srakalan
Menggali hikmah srakalan dapat ditemui pada hikmah shalawatan, karena pada hakikatnya srakalan adalah pengejawantahan dari shalawat kepada Baginda Nabi saw.
Pada bait pertama lembar awal Kitab Al-Barzanji termaktub kutipan :
الجنة ونعيمها سعد لمن يصلّى ويسلّم ويبارك عليه
"Swarga dan segala nikmat yang ada di dalamnya merupakan pelipur bagi mereka yang gemar memanjatkan shalawat serta salam dan berkat kepada nabi Muhammad"
Hal ini tidak berlebihan, mengingat dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzaab Ayat 56 disebutkan bahwa : “Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (33:56)
Kalau Allah beserta para malaikat-Nya (saja) ber(seru)shalawat untuk Nabi, (apalagi kita yang mengaku sebagai umatnya, yang memang jelas-jelas diperintahkan) Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Betapa agung dan mulianya shalawat nabi, sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang merugi dan dikatakan bakhil apabila disebut nama "Muhammad" sementara kita tidak bershalawat kepadanya. Sebagaimana yang tertulis dalam dua buah hadits berikut :
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda : “Sungguh merugi seseorang yang disebutkan diriku disisinya namun tidak bershalawat atasku” (HR. At-Tirmidzi, berkata al-Albani hasan shahih)
Dari Husain ra., dari Nabi saw bersabda : “Orang bakhil adalah orang yang diriku disebut di sisinya namun tidak bershalawat kepadaku” (HR. An-Nasai di shahihkan oleh Al-Albani)
Bukan cuma itu, shalawat juga sebagai washilah (sarana) atas do'a yang kita panjatkan ke hadirat Allah swt.
Dari Aliz ia berkata, “Setiap do’a terhalang, sehingga diucapkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad” (Riwayat ath-Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani dengan hadits yang lain).
Faidah Shalawat atas Nabi Muhammad saw.
Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Jala’ul Afham” menyebutkan kurang lebih empat puluh faidah bershalawat atas Nabi saw, di antara yang dapat disebutkan di sini antara lain :
1. Orang yang mengucapkan satu shalawat kepada Nabi saw. akan mendapatkan sepuluh shalawat dari Allah swt. Ia akan diangkat sebanyak sepuluh derajat, ditulis untuknya sepuluh kebaikan dan dihapuskan darinya sepuluh keburukan;
2. Shalawat menjadi penyebab untuk mendapatkan syafa’at, dan diampuninya dosa-dosa;
3. Shalawat merupakan sebab Allah memberikan kecukupan bagi kebutuhan seorang hamba;
4. Shalawat disejajarkan dengan shadaqah kepada orang yang kesusahan, dan merupakan salah satu sebab terpenuhinya hajat;
5. Dengan bershalawat kepada Nabi saw, maka Allah dan para malaikat juga akan bershalawat terhadapnya;
6. Shalawat menjadi sebab terbebasnya seseorang dari huru-hara pada Hari Kiamat;
7. Shalawat merupakan penyebab untuk keberkahan terhadap diri, amal dan umur orang yang mengucapkannya;
8. Juga menjadikan penyebab untuk mendapatkan Rahmat dari Allah.
9. Shalawat dapat menjadikan seseorang terus-menerus mencintai Rasulullah dan bahkan akan selalu bertambah cintanya;
10. Ia akan menjadikan seorang hamba mendapatkan hidayah dan menghidupkan hati.
Dan di bulan rajab ini, bershalawat kepada nabi saw akan mendapatkan point plus, sebagaimana dawuh nabi saw yang berbunyi :
Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s : "Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?". Maka berkata Jibril a.s : "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau di bulan Rajab ini"
"Allahumma Shalli Wasallim Wabaarik Alaiiih ...... " (ASF)
Minggu, 19 Juli 2009
Hikmah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Definisi Isra’ dan Mi’raj
Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid al-Haram yang terletak di kota Makkah ke masjid al-Aqsha yang terletak di Palestina. Sedang mi'raj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid al-Aqsha yang terletak di planet bumi menuju Mustawan, melalui tujuh planet atau dengan kata lain, mi'raj adalah perjalanan inter planet. Jadi "isra'" dan "mi'raj" adalah dua peristiwa yang disebutkan oleh al-Qur'an dalam dua surat yang berbeda. Isra' disebutkan dalam surat Isra' ayat 1:
بِسْــمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ .
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْـرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْــجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْـجِدِ الأَقْصى الَّــذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ .
"Dengan nama Allah Yang Maha Luas belas-Nya lagi Maha Kekal kecitaan-Nya. Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muham-mad) pada waktu sebagian dari malam hari dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsha yang telah Kami beri berkah sekelilingnya agar Kami dapat menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
Peristiwa mi'raj disebutkan dalam surat An Najmu ayat 13 - 18:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّــــــهِ الْكُبْرَى .
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratil Muhtaha. Di dekatnya ada sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar".
Hal ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia selaku makhluk sosial harus mengadakan hubungan atau komunikasi yang baik dengan sesama makhluk Allah di muka bumi; sedang sebagai hamba Allah, manusia wajib melakukan hubungan yang baik dengan Allah swt. yang telah menciptakannya dan telah menganugerahinya berbagai macam kenikmatan yang diperlukannya selama hidupnya di dunia. Hubungan baik dengan sesama makhluk dan dengan Sang Pencipta akan membawa ketenangan dan ketenteraman jiwa yang menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
Kisah Isra’ dan Mi’raj
Isra’ Nabi Muhammad saw.
Dalam Kitab Al-Anwaarul Bahiyyah Min Israa' Wa Mi'raaj Khoiril Bariyyah Karya Al-Imam Al-Muhaddits As-Sayyid Muhammad bin Alawy al-Hasany RA. dikisahkan :
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka'bah al-Musyarrofah, saat itu beliau berbaring di antara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Ja'far bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
"Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya".
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan di atas kebersihan, kesucian di atas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: "Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)", mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya' yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani di sebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa'ad, Jibril memegang sanggur di pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya)
Di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: "Turunlah disini dan sholatlah", setelah Beliau sholat, Jibril berkata: "Tahukah anda di mana Anda sholat?", "Tidak", jawab beliau, Jibril berkata: "Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah".
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: "berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!", setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung di bawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina', sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: "Anda telah sholat di Bait Lahm(Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam".
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: "Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?"
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: "Wahai Jibril, siapakah mereka itu?", Jibril menjawab:"mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali".
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: "Wahai Jibril bau wangi apakah ini?", "Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya", jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: "Bismillah, celakalah Firaun", mendengar ini anak Firaun bertanya: "Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?", Masyithoh menjawab: "Ya". Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: "Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?", Masyithoh menjawab: "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah".
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: "Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat".
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: "Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar", kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: "Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya".
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: "Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku", tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: "Wahai Muhammad lihatlah kepadaku", tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: "Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat".
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya' dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: "Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al-Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda".
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi'raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Mi'raj Nabi Muhammad saw.
Setelah melakukan Isra' dari Makkah al-Mukarromah sampai ke Masjid al-Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi'raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya: "Siapakah ini?"
Jibril menjawab: "Aku Jibril."
Malaikat itu bertanya lagi: "Siapakah yang bersamamu?"
Jibril menjawab: "Muhammad saw."
Malaikat bertanya lagi: "Apakah beliau telah diutus (diperintah)"
Jibril menjawab: "Benar".
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: "Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang".
Maka dibukalah pintu langit dunia ini ...
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: "Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh".
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok di sebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: "makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah".
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas'ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: "Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh".
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya'kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: "Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan". Dalam riwayat lain, beliau bersabda: "Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang".
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu' mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: "Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab".
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: "Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku".
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: "Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku".
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: "Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas". Rasulullah bertanya: "Apakah tanaman surga itu?", Nabi Ibrahim menjawab: "(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim".
Dalam riwayat lain beliau berkata: "Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar".
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga al-Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: "Wahai Muhammad"
"Labbaik wahai Rabbku", sabda beliau.
"Mintalah sesuka hatimu", firman Nya.
Nabi bersabda: "Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at-Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati".
Kemudian Allah berfirman: "Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu".
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
... kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: "Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?"
Aku menjawab: "50 sholat",
Musa berkata: "kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya",
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: "Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah".
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: "Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat".
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata: "Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan",
Maka aku katakan kepadanya: "Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa".
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al-Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar al-Amiin (dipercaya), Ash-Shoodiq (selalu jujur) dan al-Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Wallahu a'lam.
Disarikan dari : http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com/ppssnh.malang/
Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid al-Haram yang terletak di kota Makkah ke masjid al-Aqsha yang terletak di Palestina. Sedang mi'raj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw. dari masjid al-Aqsha yang terletak di planet bumi menuju Mustawan, melalui tujuh planet atau dengan kata lain, mi'raj adalah perjalanan inter planet. Jadi "isra'" dan "mi'raj" adalah dua peristiwa yang disebutkan oleh al-Qur'an dalam dua surat yang berbeda. Isra' disebutkan dalam surat Isra' ayat 1:
بِسْــمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ .
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْـرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْــجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْـجِدِ الأَقْصى الَّــذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ .
"Dengan nama Allah Yang Maha Luas belas-Nya lagi Maha Kekal kecitaan-Nya. Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya (Muham-mad) pada waktu sebagian dari malam hari dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsha yang telah Kami beri berkah sekelilingnya agar Kami dapat menunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
Peristiwa mi'raj disebutkan dalam surat An Najmu ayat 13 - 18:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّــــــهِ الْكُبْرَى .
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratil Muhtaha. Di dekatnya ada sorga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar".
Hal ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia selaku makhluk sosial harus mengadakan hubungan atau komunikasi yang baik dengan sesama makhluk Allah di muka bumi; sedang sebagai hamba Allah, manusia wajib melakukan hubungan yang baik dengan Allah swt. yang telah menciptakannya dan telah menganugerahinya berbagai macam kenikmatan yang diperlukannya selama hidupnya di dunia. Hubungan baik dengan sesama makhluk dan dengan Sang Pencipta akan membawa ketenangan dan ketenteraman jiwa yang menjadi faktor penentu bagi kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat.
Kisah Isra’ dan Mi’raj
Isra’ Nabi Muhammad saw.
Dalam Kitab Al-Anwaarul Bahiyyah Min Israa' Wa Mi'raaj Khoiril Bariyyah Karya Al-Imam Al-Muhaddits As-Sayyid Muhammad bin Alawy al-Hasany RA. dikisahkan :
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka'bah al-Musyarrofah, saat itu beliau berbaring di antara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Ja'far bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
"Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya".
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan di atas kebersihan, kesucian di atas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: "Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)", mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya' yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani di sebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa'ad, Jibril memegang sanggur di pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya)
Di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: "Turunlah disini dan sholatlah", setelah Beliau sholat, Jibril berkata: "Tahukah anda di mana Anda sholat?", "Tidak", jawab beliau, Jibril berkata: "Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah".
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: "berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!", setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung di bawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina', sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: "Anda telah sholat di Bait Lahm(Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam".
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: "Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?"
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: "Wahai Jibril, siapakah mereka itu?", Jibril menjawab:"mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali".
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: "Wahai Jibril bau wangi apakah ini?", "Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya", jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: "Bismillah, celakalah Firaun", mendengar ini anak Firaun bertanya: "Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?", Masyithoh menjawab: "Ya". Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: "Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?", Masyithoh menjawab: "Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah".
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: "Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat".
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: "Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar", kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: "Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya".
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: "Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku", tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: "Wahai Muhammad lihatlah kepadaku", tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: "Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat".
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya' dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: "Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al-Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda".
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi'raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Mi'raj Nabi Muhammad saw.
Setelah melakukan Isra' dari Makkah al-Mukarromah sampai ke Masjid al-Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi'raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya: "Siapakah ini?"
Jibril menjawab: "Aku Jibril."
Malaikat itu bertanya lagi: "Siapakah yang bersamamu?"
Jibril menjawab: "Muhammad saw."
Malaikat bertanya lagi: "Apakah beliau telah diutus (diperintah)"
Jibril menjawab: "Benar".
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: "Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang".
Maka dibukalah pintu langit dunia ini ...
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata: "Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh".
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok di sebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka: "makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah".
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas'ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: "Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh".
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya'kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: "Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan". Dalam riwayat lain, beliau bersabda: "Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang".
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu' mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: "Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab".
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: "Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku".
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: "Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku".
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: "Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas". Rasulullah bertanya: "Apakah tanaman surga itu?", Nabi Ibrahim menjawab: "(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim".
Dalam riwayat lain beliau berkata: "Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar".
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga al-Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: "Wahai Muhammad"
"Labbaik wahai Rabbku", sabda beliau.
"Mintalah sesuka hatimu", firman Nya.
Nabi bersabda: "Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at-Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati".
Kemudian Allah berfirman: "Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu".
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
... kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: "Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?"
Aku menjawab: "50 sholat",
Musa berkata: "kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya",
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: "Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah".
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: "Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat".
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata: "Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan",
Maka aku katakan kepadanya: "Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa".
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al-Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar al-Amiin (dipercaya), Ash-Shoodiq (selalu jujur) dan al-Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Wallahu a'lam.
Disarikan dari : http://pesantren.or.id.29.masterwebnet.com/ppssnh.malang/
Kamis, 16 Juli 2009
SBY-Boediono Resmi Menang di Cirebon
CIREBON, KOMPAS.com — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Cirebon secara resmi menyatakan, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY-Boediono) meraih suara tertinggi dalam pemilu presiden dan wakil presiden di Kabupaten Cirebon.
Hal tersebut disampaikan dalam rapat pleno KPU yang diselenggarakan di Gedung PGRI, Kabupaten Cirebon, Kamis (16/7). SBY-Boediono meraih suara tertinggi yakni 527.080 suara, Megawati-Prabowo mendapatkan 457.108, dan Jusuf Kalla-Wiranto meraih suara 62.186.
Rapat pleno berlangsung lancar karena perwakilan dari masing-masing calon presiden dalam rapat itu tidak menyatakan keberatan atau protes.
Panwas pun tidak mencatat adanya pelanggaran yang bisa mengakibatkan perubahan hasil penghitungan. Kalaupun ada pelanggaran, hanya dalam bentuk administratif, misalnya keterlambatan KPPS menyerahkan formulir C1 atau salinan hasil penghitungan ke petugas Panwas lapangan.
Ketua KPU Kabupaten Cirebon Iding Wahidin mengatakan, angka partisipasi dalam pemilu presiden mencapai 70,9 persen, dari 1.555.424 pemilih, jumlah suara rusak mencapai 57.050. "Angka partisipasi itu adalah angka partisipasi tertinggi selama ini," katanya. Pada pemilu legislatif, angka partisipasi hanya mencapai 67,71 persen.
Sumber : http://indonesiamemilih.kompas.com/
Senin, 13 Juli 2009
Ning Gedongan Mega-Pro bli Keduman
(Di Gedongan, Mega-Pro Tidak Mendapat Bagian ......)
Pasangan Mega-Prabowo kalah telak di 3 TPS Pesantren Gedongan, padahal komplek pesantren tersebut dibela-belain Prabowo --Cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri-- untuk diampiri dalam kunjungan kampanye politiknya di wilayah Pantura.
Seperti yang pernah diberitakan oleh banyak media di internet dan media elektronik, Prabowo Subianto yang ditemani Artis Djamal Mirdad beserta rombongan, menyempatkan singgah di Pesantren Gedongan, Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/6). Pada kesempatan tersebut mantan Pangkostrad yang juga mantan menantu Presiden Soeharto ini menyampaikan orasi singkat di hadapan sejumlah kiyai Pondok Pesantren Gedongan dan ratusan santri serta para ibu Magarsari, intinya meminta do'a restu dan dukungan. “...... mengingat pilpres tinggal sebentar lagi, kami sangat berharap atas dukungan santri dan jamaah Pondok Pesantren Gedongan” kata Prabowo. Ia bahkan berjanji --jika menang-- akan kembali datang untuk membantu pembangunan Ponpes yang didirikan oleh KH. Muhammad Said pada tahun 1888 tersebut.
Permohonan Prabowo ini diamini oleh Sesepuh dan Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan KH. Amin Siraj dengan menyampaikan tausiyah khusus : “Kita para santri dan jamaah akan mendukung dan siap memenangkan beliau dan Ibu Mega. Memenangkan beliau adalah keinginan kami, para jamaah di sini. Kami mendoakan dan mengajak para santri untuk memenangkan beliau. Meski begitu, semuanya tetap Allah yang menentukan”.
Namun rupanya, himbauan dukungan ini tidak seperti yang diharapkan ketika itu. Karena kenyataannya, hasil pilpres yang serentak diselenggarakan secara nasional pada Rabu (08/07), di Pesantren Gedongan suara pasangan capres dengan nomor urut 1 ini berada pada posisi terbelakang.
Data yang diperoleh dari hasil penghitungan akhir pilpres 2009 di 3 TPS (X, XI, dan XII) yang tersebar di Pesantren Gedongan, total perolehan suara pasangan Mega-Prabowo hanya 37 suara (5,88%) saja. Jauh tertinggal dengan pasangan SBY-Boediono yang mendapatkan dukungan tertinggi dengan 383 suara (60,79%), serta pasangan JK-Wiranto yang memperoleh 210 suara (33,33%). Bila dilihat dari hasil yang ada, pasangan yang mengusung tema "Pro Rakyat" ini betul-betul ngapiran (bli keduman)
Dipastikan kalah
Kekalahan Mega-Prabowo di Gedongan, sebetulnya sudah dapat diprediksikan. Dari hasil pileg bulan April lalu, PDIP dan Partai Gerindra “nyaris tak terdengar” suaranya. Belum lagi bila dilihat dari kedua kubu Mega-Pro versus Pesantren Gedongan yang memiliki latar belakang pandangan politik berbeda. Mega (minus Prabowo) dalam kiprah politiknya setia menyuarakan kelompok kaum abangan, sementara Pesantren Gedongan –sudah turun temurun-- adalah komunitas ijoan tulen (kaum santri). Jelas, keduanya tidak dapat dipertemukan, bila diibaratkan “laksana air dengan minyak” tidak akan ada kesenyawaan.
Tapi secara perorangan, memang ada kedekatan antara Pengasuh Ponpes Gedongan KH. Amin Siraj dengan Bupati Cirebon Dedi Supriyadi yang merupakan kader partai berlambang banteng moncong putih. Pengasuh Ponpes Gedongan dianggap memiliki andil atas duduknya Drs. H. Dedi Supardi, MM. sebagai Bupati Cirebon yang menjabat hingga dua periode. Bisa jadi, karena kedekatan personal inilah Prabowo direkomendasikan sowan ke Pesantren Gedongan setelah melakukan lawatan politiknya bersama kelompok nelayan Gebang.
Namun patut disayangkan, bila karena kedekatan yang bersifat pribadi ini disalahgunakan untuk kepentingan dengan mengatasnamakan institusi / lembaga. Sehingga Gedongan yang notabene adalah sebuah institusi pendidikan Islam (pesantren) yang independen, terekspos oleh media sebagai pendukung salah satu kandidat capres-cawapres (baca : Warga Ponpes Gedongan Dukung Mega-Prabowo).
Mestinya, lembaga keagamaan seperti halnya pesantren Gedongan senantiasa istiqomah membenahi masailu diniyah wa ubudiyah, tidak terpancing pada salah satu konstituen parpol. Dalam hal ini penulis setuju dengan pernyataan K.H Salahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai tokoh agama dan sekaligus tokoh pejuang bangsa : "NU dan pesantren sebaiknya tidak lagi terseret ke lembah politik..." (Duta Masyarakat/11/07/09). Dengan kata lain, NU dan pesantren hendaknya absen dalam percaturan politik praktis.
Hidup Gedongan!!!. (ASF)
Pasangan Mega-Prabowo kalah telak di 3 TPS Pesantren Gedongan, padahal komplek pesantren tersebut dibela-belain Prabowo --Cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri-- untuk diampiri dalam kunjungan kampanye politiknya di wilayah Pantura.
Seperti yang pernah diberitakan oleh banyak media di internet dan media elektronik, Prabowo Subianto yang ditemani Artis Djamal Mirdad beserta rombongan, menyempatkan singgah di Pesantren Gedongan, Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/6). Pada kesempatan tersebut mantan Pangkostrad yang juga mantan menantu Presiden Soeharto ini menyampaikan orasi singkat di hadapan sejumlah kiyai Pondok Pesantren Gedongan dan ratusan santri serta para ibu Magarsari, intinya meminta do'a restu dan dukungan. “...... mengingat pilpres tinggal sebentar lagi, kami sangat berharap atas dukungan santri dan jamaah Pondok Pesantren Gedongan” kata Prabowo. Ia bahkan berjanji --jika menang-- akan kembali datang untuk membantu pembangunan Ponpes yang didirikan oleh KH. Muhammad Said pada tahun 1888 tersebut.
Permohonan Prabowo ini diamini oleh Sesepuh dan Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan KH. Amin Siraj dengan menyampaikan tausiyah khusus : “Kita para santri dan jamaah akan mendukung dan siap memenangkan beliau dan Ibu Mega. Memenangkan beliau adalah keinginan kami, para jamaah di sini. Kami mendoakan dan mengajak para santri untuk memenangkan beliau. Meski begitu, semuanya tetap Allah yang menentukan”.
Namun rupanya, himbauan dukungan ini tidak seperti yang diharapkan ketika itu. Karena kenyataannya, hasil pilpres yang serentak diselenggarakan secara nasional pada Rabu (08/07), di Pesantren Gedongan suara pasangan capres dengan nomor urut 1 ini berada pada posisi terbelakang.
Data yang diperoleh dari hasil penghitungan akhir pilpres 2009 di 3 TPS (X, XI, dan XII) yang tersebar di Pesantren Gedongan, total perolehan suara pasangan Mega-Prabowo hanya 37 suara (5,88%) saja. Jauh tertinggal dengan pasangan SBY-Boediono yang mendapatkan dukungan tertinggi dengan 383 suara (60,79%), serta pasangan JK-Wiranto yang memperoleh 210 suara (33,33%). Bila dilihat dari hasil yang ada, pasangan yang mengusung tema "Pro Rakyat" ini betul-betul ngapiran (bli keduman)
Dipastikan kalah
Kekalahan Mega-Prabowo di Gedongan, sebetulnya sudah dapat diprediksikan. Dari hasil pileg bulan April lalu, PDIP dan Partai Gerindra “nyaris tak terdengar” suaranya. Belum lagi bila dilihat dari kedua kubu Mega-Pro versus Pesantren Gedongan yang memiliki latar belakang pandangan politik berbeda. Mega (minus Prabowo) dalam kiprah politiknya setia menyuarakan kelompok kaum abangan, sementara Pesantren Gedongan –sudah turun temurun-- adalah komunitas ijoan tulen (kaum santri). Jelas, keduanya tidak dapat dipertemukan, bila diibaratkan “laksana air dengan minyak” tidak akan ada kesenyawaan.
Tapi secara perorangan, memang ada kedekatan antara Pengasuh Ponpes Gedongan KH. Amin Siraj dengan Bupati Cirebon Dedi Supriyadi yang merupakan kader partai berlambang banteng moncong putih. Pengasuh Ponpes Gedongan dianggap memiliki andil atas duduknya Drs. H. Dedi Supardi, MM. sebagai Bupati Cirebon yang menjabat hingga dua periode. Bisa jadi, karena kedekatan personal inilah Prabowo direkomendasikan sowan ke Pesantren Gedongan setelah melakukan lawatan politiknya bersama kelompok nelayan Gebang.
Namun patut disayangkan, bila karena kedekatan yang bersifat pribadi ini disalahgunakan untuk kepentingan dengan mengatasnamakan institusi / lembaga. Sehingga Gedongan yang notabene adalah sebuah institusi pendidikan Islam (pesantren) yang independen, terekspos oleh media sebagai pendukung salah satu kandidat capres-cawapres (baca : Warga Ponpes Gedongan Dukung Mega-Prabowo).
Mestinya, lembaga keagamaan seperti halnya pesantren Gedongan senantiasa istiqomah membenahi masailu diniyah wa ubudiyah, tidak terpancing pada salah satu konstituen parpol. Dalam hal ini penulis setuju dengan pernyataan K.H Salahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai tokoh agama dan sekaligus tokoh pejuang bangsa : "NU dan pesantren sebaiknya tidak lagi terseret ke lembah politik..." (Duta Masyarakat/11/07/09). Dengan kata lain, NU dan pesantren hendaknya absen dalam percaturan politik praktis.
Hidup Gedongan!!!. (ASF)
Langganan:
Postingan (Atom)