(Di Gedongan, Mega-Pro Tidak Mendapat Bagian ......)
Pasangan Mega-Prabowo kalah telak di 3 TPS Pesantren Gedongan, padahal komplek pesantren tersebut dibela-belain Prabowo --Cawapres pendamping Megawati Soekarnoputri-- untuk diampiri dalam kunjungan kampanye politiknya di wilayah Pantura.
Seperti yang pernah diberitakan oleh banyak media di internet dan media elektronik, Prabowo Subianto yang ditemani Artis Djamal Mirdad beserta rombongan, menyempatkan singgah di Pesantren Gedongan, Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Sabtu (20/6). Pada kesempatan tersebut mantan Pangkostrad yang juga mantan menantu Presiden Soeharto ini menyampaikan orasi singkat di hadapan sejumlah kiyai Pondok Pesantren Gedongan dan ratusan santri serta para ibu Magarsari, intinya meminta do'a restu dan dukungan. “...... mengingat pilpres tinggal sebentar lagi, kami sangat berharap atas dukungan santri dan jamaah Pondok Pesantren Gedongan” kata Prabowo. Ia bahkan berjanji --jika menang-- akan kembali datang untuk membantu pembangunan Ponpes yang didirikan oleh KH. Muhammad Said pada tahun 1888 tersebut.
Permohonan Prabowo ini diamini oleh Sesepuh dan Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan KH. Amin Siraj dengan menyampaikan tausiyah khusus : “Kita para santri dan jamaah akan mendukung dan siap memenangkan beliau dan Ibu Mega. Memenangkan beliau adalah keinginan kami, para jamaah di sini. Kami mendoakan dan mengajak para santri untuk memenangkan beliau. Meski begitu, semuanya tetap Allah yang menentukan”.
Namun rupanya, himbauan dukungan ini tidak seperti yang diharapkan ketika itu. Karena kenyataannya, hasil pilpres yang serentak diselenggarakan secara nasional pada Rabu (08/07), di Pesantren Gedongan suara pasangan capres dengan nomor urut 1 ini berada pada posisi terbelakang.
Data yang diperoleh dari hasil penghitungan akhir pilpres 2009 di 3 TPS (X, XI, dan XII) yang tersebar di Pesantren Gedongan, total perolehan suara pasangan Mega-Prabowo hanya 37 suara (5,88%) saja. Jauh tertinggal dengan pasangan SBY-Boediono yang mendapatkan dukungan tertinggi dengan 383 suara (60,79%), serta pasangan JK-Wiranto yang memperoleh 210 suara (33,33%). Bila dilihat dari hasil yang ada, pasangan yang mengusung tema "Pro Rakyat" ini betul-betul ngapiran (bli keduman)
Dipastikan kalah
Kekalahan Mega-Prabowo di Gedongan, sebetulnya sudah dapat diprediksikan. Dari hasil pileg bulan April lalu, PDIP dan Partai Gerindra “nyaris tak terdengar” suaranya. Belum lagi bila dilihat dari kedua kubu Mega-Pro versus Pesantren Gedongan yang memiliki latar belakang pandangan politik berbeda. Mega (minus Prabowo) dalam kiprah politiknya setia menyuarakan kelompok kaum abangan, sementara Pesantren Gedongan –sudah turun temurun-- adalah komunitas ijoan tulen (kaum santri). Jelas, keduanya tidak dapat dipertemukan, bila diibaratkan “laksana air dengan minyak” tidak akan ada kesenyawaan.
Tapi secara perorangan, memang ada kedekatan antara Pengasuh Ponpes Gedongan KH. Amin Siraj dengan Bupati Cirebon Dedi Supriyadi yang merupakan kader partai berlambang banteng moncong putih. Pengasuh Ponpes Gedongan dianggap memiliki andil atas duduknya Drs. H. Dedi Supardi, MM. sebagai Bupati Cirebon yang menjabat hingga dua periode. Bisa jadi, karena kedekatan personal inilah Prabowo direkomendasikan sowan ke Pesantren Gedongan setelah melakukan lawatan politiknya bersama kelompok nelayan Gebang.
Namun patut disayangkan, bila karena kedekatan yang bersifat pribadi ini disalahgunakan untuk kepentingan dengan mengatasnamakan institusi / lembaga. Sehingga Gedongan yang notabene adalah sebuah institusi pendidikan Islam (pesantren) yang independen, terekspos oleh media sebagai pendukung salah satu kandidat capres-cawapres (baca : Warga Ponpes Gedongan Dukung Mega-Prabowo).
Mestinya, lembaga keagamaan seperti halnya pesantren Gedongan senantiasa istiqomah membenahi masailu diniyah wa ubudiyah, tidak terpancing pada salah satu konstituen parpol. Dalam hal ini penulis setuju dengan pernyataan K.H Salahuddin Wahid (Gus Sholah) sebagai tokoh agama dan sekaligus tokoh pejuang bangsa : "NU dan pesantren sebaiknya tidak lagi terseret ke lembah politik..." (Duta Masyarakat/11/07/09). Dengan kata lain, NU dan pesantren hendaknya absen dalam percaturan politik praktis.
Hidup Gedongan!!!. (ASF)
terima kasih banyak atas informasinya....nah gitu dong,ini namanya bagi informasi...kesuhun..
BalasHapus