Selasa, 08 November 2011

Meraih Haji Mabrur

Setelah wukuf di Padang Arafah dan diteruskan dengan melempar jumroh, rangkaian ibadah haji yang melelahkan itu selesai sudah. Para jamaah haji dari berbagai penjuru dunia mulai melepas pakaian ihram dan tahalul atau bercukur. Dengan demikian, Rukun Islam yang kelima telah sempurna ditunaikan oleh para jamaah haji, tinggal bagaimana hasilnya; apakah menjadi haji yang mabrur atau sebaliknya, haji mardud?, Wallahu a’lam ....


Ta'rif Haji Mabrur

HAJI MABRUR adalah dambaan dan cita-cita setiap muslim yang melaksanakan haji. Karena Allah Swt. menjanjikan melalui Nabinya dengan sabdanya :

الحج المبرور ليس له جزاء الاّ الجنّة - رواه النّسائي

Haji mabrur itu tidak ada balasan lain, kecuali surga". (HR Nasai dari Abu Hurairah).

Tetapi pertanyaannya apakah itu Haji Mabrur? Banyak orang menafsirkan bahwa haji mabrur adalah haji yang ditandai dengan kejadian-kejadian aneh dan luar biasa saat menjalani ibadah tersebut di tanah suci. Kejadian ini lalu direkam sebagai pengalaman ruhani, yang paling berkesan. Bahkan kadang ketika ia sering menangis dan terharu dalam berbagai kesempatan itu juga dianggapnya sebagai tanda dari haji mabrur. Imam Al-Ashfahani menyebutkan; Haji Mabrur artinya haji yang diterima (maqbul). (Mufradat Alfadzil Qur’an, 114).


Tanda-tanda Haji Mabrur

Mabrur diambil dari kata Al-Birru (kebaikan). Di dalam Al-Quran Allah swt berfirman :

لَنْ تَنَالُ الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحْبُّوْنَ

"Kamu tidak akan mendapatkan kebajikan sehingga kamu menginfakkan sebagian apa yang kamu cintai". (QS. [003] : 92).

Ketika digandeng dengan kata haji maka ia menjadi sifat yang mengandung arti bahwa haji tersebut diikuti dengan kebajikan.

Dengan kata lain haji mabrur adalah haji yang mengantarkan pelakunya menjadi lebih baik dari masa sebelumnya. Al Qur’an juga menggunakan kata Al-Birru untuk pengabdian yang terus menerus kepada orang tua "wabarraan biwalidati". (QS. [019] : 32).

Orang-orang yang selalu mentaati Allah swt dan menjauhi segala yang dilarang disebut Al-Abraar, kelak mereka di hari kiamat akan ditempatkan di surga. “Innal abraara lafii na’iem”. QS. [082] : 13).

Bila digabung antara ayat ini dengan hadits Rasulullah di atas : "Al hajjul mabrrur laisa lahuu jazaa illal jannah", (HR Bukhari), nampak titik temu yang saling melengkapi, bahwa haji mabrur akan selalui ditandai dengan perubahan dalam diri pelakunya dengan mengalirnya amal saleh yang tiada putus-putusnya. Bila setelah berhaji seseorang selalu berbuat baik, sampai ia menghadap Allah swt, maka jelas ia akan tergolong kelompok Al-Abraar, dan pahala yang akan kelak ia dapatkan adalah surga.


Syarat Haji Mabrur

Beradasarkan pembahasan di atas bahwa untuk mencapai haji mabrur ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi :

Pertama, niat yang ikhlas karena Allah swt, bukan karena ingin dipuji orang dan berbangga-bangga dengan gelar "haji". Seorang yang tidak ikhlas dalam beramal apapun termasuk haji, Allah swt akan menolak amal tersebut sekalipun di mata manusia ia nampak begitu agung dan mulia.

Kedua, bekalnya harus halal. Haji yang dibekali dengan harta haram pasti Allah swt tolak. Rasulullah saw bersabda : “Sesunguhnya Allah baik, dan tidak menerima kecuali yang baik". Di akhir hadits ini Rasulullah menggambarkan seorang musafir sedang berdo’a tetapi pakaiannya dan makanannya haram, maka Allah tidak akan menerima doa tersebut (HR. Muslim). Demikian juga ibadah haji yang dibekali dengan harta haram.

Ketiga, Dari niat yang ikhlas dan bekal yang halal akan lahir syarat yang ketiga : istiqamah. Istiqamah artinya komitmen yang total untuk mentaati Allah swt dan tunduk kepada-Nya, bukan saja selama haji, melainkan kapan saja dan di mana saja ia berada. Haji tidak akan bermakna jika sekembalinya dari tanah suci, seorang tidak menyadari identitas kehambaanya kepada Allah swt. Tuntunan syetan kembali diagungkan. Merebut harta haram dan kemaksiatan menjadi kebiasaannya sehari-hari. Bila ini yang terjadi, bisa dipastikan bahwa hajinya tidak mabrur. Karena haji mabrur akan selalu diikuti dengan kebajikan. Pribadi yang istiqamah setelah menjalankan ibadah haji, akan selalu tenang. Tidak plin-plan. Perilakunya jelas tidak berwarna-warni seperti bunglon. Apa yang Allah swt haramkan senantiasa ia hindari, dan apa yang diwajibkan selalu ia tegakkan secara sempurna.

Allah swt mengajarkan bahwa hanya iman dan harta halal yang bisa membuat seseorang selalu istiqamah mentaati-Nya. (QS. [002] : 172, [023] : 51).

Istiqamah mempertahankan nilai-nilai haji, dan menahan diri dari segala bentuk kemungkaran sekecil apapun.

Seseorang yang naik haji akan disebut haji mabrur setelah ia nampak bahwa hidupnya lebih istiqamah dan kebajikannya selalu bertambah sampai ia menghadap Allah SWT.

Wallahu a’lam bishshawab.

Disarikan dari : http://www.dakwatuna.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar