Tidak kurang satu bulan ke depan dari hari ini, Pondok Pesantren Gedongan-Cirebon akan menggelar hajat tahunan “HAOL”. Hajat ini menjadi agenda rutin pesantren
salaf yang berlokasi di
cantilan Desa Ender Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon.
Haol di Pesantren Gedongan menjadi hal penting karena helatan ini diselenggarakan dalam rangka mengenang wafatnya
Almarhum Almaghfurlah KH. Muhammad Said, pendiri pesantren yang
gedhe’ pandongane, Gedongan.
Agar lebih memamahi dan dapat meresapi ritual sakral tersebut,
posting kali ini sengaja membahas tentang
rangkaian acara haol dan hikmah serta manfaatnya. Semoga bermanfaat!
Rangkaian Acara Haol dan HikmahnyaSeperti pernah diuraikan dalam
posting Catatan 'Sungkrah' Haol Gedongan, bahwa : ...... inti daripada helatan Haol Gedongan adalah berziarah di makbarah/kuburan Gedongan untuk melakukan tahlil massal. Sebelumnya, acara didahului dengan penyampaian atau pembacaan
manaqib oleh tokoh atau ulama yang telah ditunjuk ......
Berdasarkan catatan di atas, helatan haol (yang digelar sore hari usai shalat ashar) merupakan rangkaian acara yang bila dirinci terdiri dari : ziarah kubur,
tabarrukan, pembacaan
manaqib, tahlil massal dan do'a untuk ahli kubur. Rangkaian acara tersebut bila ditelusuri mengandung banyak hikmah dan manfaat di dalamnya.
1. Ziarah kuburHikmah dan manfaat yang dapat dipetik dari ritual ini antara lain :
Pertama, Ziarah kubur akan mengingatkan kita pada kematian sehingga dapat memberikan pelajaran (
ibrah);
Kedua, Dalam berziarah kubur kita mendo'akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampunan bagi mereka; dan
Ketiga, Melakukan ziarah kubur termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
2. Tabarrukan Tabarrukan atau
ngalap berkah masih merupakan bagian dari ziarah kubur. Diyakini bahwa makam atau kuburan para nabi serta para
auliya, atau
shalihien juga ulama mengandung keberkahan. Seperti apa yang dikatakan
Al-Imam Abul Faroj Ibnul Jauzy Al-Hanbaly dalam kitab
Manaqib Ma'ruf Al-Karkhy, menukil perkataan gurunya
Ibrahim Al-Harby beliau berkata : “
Kuburan Ma'ruf Al-Karkhy adalah obat penawar yang ampuh”. Begitu juga halnya dengan penuturan
Imam Syafi'ie ra yang mengatakan : “
Setiap kali aku ada kesulitan maka aku shalat dua rakaat dan berziarah di kuburan imam Abu Hanifah, lalu hajatku terkabul berkat aku berziarah kepadanya". (Manaqib Imam Syafi'ie)
Dikisahkan pada zaman
Khilafah Umar bin Khatthab ra. terjadi kemarau panjang. Kemudian ada seorang pemuda yang mendatangi kuburan Nabi saw dan dia berkata : “
Wahai Rasulullah mohon hujanlah (kepada Allah) untuk ummatmu karena mereka akan binasa”. Lalu (malam harinya) Nabi saw mendatangi si pemuda tersebut dalam mimpinya, dan beliau berpesan : “
Datangilah Umar dan sampaikan salam dariku. Katakan kepada mereka bahwa mereka akan disirami hujan. Dan hendaknya kamu mendahulukan orang yang pandai”.
Dalam kitab
Fathul Barry disebutkan bahwa pemuda yang datang ke kuburan Nabi saw dan bermimpi tersebut adalah
Bilal bin Al-Harits Al-Muzanny RA. salah seorang shahabat Nabi saw yang masyhur.
4. ManaqibManaqib adalah bentuk jamak dari
manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang. Membaca
manaqib artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Saat mengadakan peringatan haol dianjurkan untuk membacakan
manaqib, yang tujuannya antara lain untuk meneladani dan untuk ber-
husnu dzan kepada ahli kubur yang dihaoli.
Ibnu Abd Salam mengatakan, pembacaan
manaqib tersebut adalah bagian dari perbuatan taat kepada Allah SWT karena bisa menimbulkan kebaikan. Karena itu banyak para sahabat dan ulama yang melakukannya di sepanjang masa tanpa mengingkarinya.
3. Tahlil MassalTahlil adalah ungkapan dzikir “
Laa Ilaaha Illallah” (bukan
Ilaah selain Allah) yang bertujuan untuk menanamkan tauhid di tengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Tahlil massal merupakan pelaksanaan tahlilan yang dilakukan secara bersama-sama.
Dalam hadits dijelaskan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “
Perbaharuilah imanmu!”. Seorang sahabat bertanya : “
Wahai Rasulullah, bagaimana cara memperbaharui iman?” Beliau menjawab : “
Perbanyaklah tahlil”.
Ibnu Taimiyah menegaskan masalah tahlil dengan keterangannya sebagai berikut : “
Jika seseorang membaca tahlil sebanyak 70.000 kali, kurang atau lebih dan (pahalanya) dihadiahkan kepada mayit, maka Allah memberikan manfaat dengan semua itu”. (Fatawa XXIV/323).
Memang berkumpul untuk membaca tahlilan ini tidak pernah diamalkan pada zamannya Rasulallah saw. dan para sahabat. Itu memang
bid’ah (rekayasa), tetapi
bid’ah hasanah (rekayasa baik), karena sejalan dengan dalil-dalil hukum syara’ dan sejalan pula dengan kaidah-kaidah umum agama. Sifat rekayasa terletak pada bentuk berkumpulnya jama’ah (secara massal), bukan terletak pada bacaan yang dibaca pada majlis tersebut. Karena bacaan yang dibaca disana banyak diriwayatkan dalam hadits Rasulallah saw. Tidak lain semuanya ini sebagai ijtihad para ulama-ulama pakar untuk mengumpulkan orang dan mengamalkan hal tersebut.
Prosesi tahlilan sendiri diawali dengan pembacaan
hadrah oleh imam tahlil, kemudian bersama seluruh jamaah membaca Surat Yasin, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas hingga Surat Al-Fatihah, lalu diteruskan membaca sebagian surat Al-Baqarah (
awwaluhu, wa awsatuhu, wa’akhiruhu), sholawat nabi, tasbih, tahawwul dan tahlil.
5. Doa untuk ahli kuburDoa untuk ahli kubur dibacakan setelah prosesi tahlil selesai, dengan hajat agar pahala tahlil yang telah sama-sama dipanjatkan dihadiahkan untuk ahli kubur, almarhumin/almarhumat, juga agar kaum muslimin-muslimat, yang masih hidup maupun telah wafat, diampuni segala dosanya oleh Allah swt.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. selalu berziarah ke makam para
syuhada di bukit Uhud pada setiap tahun. Sesampainya di Uhud beliau memanjatkan doa sebagaimana terdapat dalam surat Al-Qur’an Surat Ar-Ra’d ayat 24 yang berbunyi :
سَلاَمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِKeselamatan atasmu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.Dan telah disebutkan sebelumnya sabda Rasulullah saw. Jika kamu menyalati
mayit, maka ikhlaslah dalam berdoa. Dan juga doa Rasulullah saw. "
Ya Allah ampunilah orang-orang yang hidup dan yang mati kami (umat Nabi)". Ulama’
salaf dan
kholaf selalu mendoakan orang-orang mati dan mereka memohonkan kepadanya rahmat dan ampunan, tanpa seorang pun mengingkarinya.
Dalil Penyelenggaraan HaolDalil mengenai haol adalah berdasarkan hadits yang menerangkan bahwa junjungan kita
Sayyidina Muhammad saw. Telah melakukan ziarah kubur pada setiap tahun yang kemudian diikuti oleh sahabat
Abu Bakar, Umar dan
Utsman. Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Imam al-Baihaqi dari
al-Waqidy. yang artinya demikian :
Al-Waqidy berkata : “
Nabi Muhammad saw. berziarah ke makam syuhada’ uhud pada setiap tahun, apabila telah sampai di makam syuhada’ uhud beliau mengeraskan suaranya seraya berdoa : "Keselamatan bagimu wahai ahli uhud dengan kesabaran-kesabaran yang telah kalian perbuat, inilah sebaik-baik rumah peristirahatan". Kemudian Abu Bakar pun melakukannya pada setiap tahun begitu juga Umar dan Utsman.
Inilah yang menjadi sandaran hukum syar'i bagi pelaksanaan peringatan haol atau acara tahunan untuk mendoakan dan mengenang para ulama, sesepuh dan orang tua yang telah pergi mendahului kita.
Ikhtitaam Para ulama memberikan arahan yang baik tentang tata cara dan etika peringatan haol. Dalam
al-Fatawa al-Kubra Ibnu Hajar mewanti-wanti, jangan sampai menyebut-nyebut kebaikan orang yang sudah wafat disertai dengan tangisan.
Ibnu Abd Salam menambahkan, di antara cara berbela sungkawa yang diharamkan adalah memukul-mukul dada atau wajah, karena itu berarti berontak terhadap
qadha yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Dan hendaknya jadikan haol sebagai momen "PERINGATAN" --acara sakral yang memiliki kecenderungan kepada
tadzkiroh, midanget, atau
pengeling-- bukan sebagai ajang "PERAYAAN" yang lebih condong kepada keramaian, hura-hura dan pesta pora. Sebab bila yang lebih ditonjolkan adalah perayaan, maka ruh atau jatidiri daripada haol akan hilang, karena momen yang mestinya menjadi perenungan terkubur oleh kemeriahan dan hingar bingar.
Walhasil, kesemerakan dan keriuhan haol bukanlah sebagai tujuan.
Wallahu a'lam bish-shawaab ...... (
ASF/diolah dari berbagai sumber)